Oleh I Ketut Sutika

Denpasar (Antara Bali) - Kertagosa "saksi bisu" kejayaan Kerajaan Klungkung yang pernah menaklukkan hampir seluruh kerajaan di Bali abad  XVIII menjadi sasaran kunjungan para menteri luar negeri ASEAN, di sela-sela mengikuti kegiatan  ASEAN Ministerial Meeting di Nusa Dua, Bali.

Rombongan yang dipimpin  Menlu RI Marty  Natalegawa menyempatkan diri mengunjungi objek wisata Kertagosa dan Desa Kamasan, yang diterima Bupati Klungkung  I Wayan Candra, Raja Klungkung Ide Dalem Semarapura dan tokoh Puri Klungkung Cokorda Raka Putra.

Ikut serta dalam rombongan itu Menlu Brunai Darusalam His Royal Hignness Prince Mohamad Bolkiah, delegasi Malaysia Hon Senator  A Kohilan Pillay, Menlu Myanmar HEU Wunna Maung Lwin, Menlu  Tailand Chitriya Phintong dan  Menlu Vietnam Pam Gia Kim.

Sebuah karya kanvas goresan Emilio Merola, seorang seniman terkenal kelahiran Italia menjadi koleksi Museum Semarajaya di komplek objek wisata Kertagosa dan sempat disaksikan para Menlu ASEAN tersebut.

Lukisan yang mempunyai daya tarik tersendiri itu telah berumur ratusan tahun, terawat dengan baik bersama puluhan karya seniman Bali pada masa kejayaan Kerajaan Klungkung, membawahi hampir seluruh kerajaan-kerjaan di Bali sekitar abad ke XVIII.

Karya seorang pelukis asing di museum tersebut, di mana karya-karya di negeri asalnya maupun di sejumlah negara lainnya kini sangat langka dan sulit ditemui,  menunjukkan hubungan kedekatan antara Kerjaan Klungkung yang kini menjadi Kabupaten Klungkung dengan Italia.

Atas dasar itupula Duta Besar negara tersebut di Indonesia pernah secara khusus menikmati karya seni goresan Emilio Merola yang tertata apik dengan sejumlah lukisan karya seniman Bali yang pernah mengalami kejayaan pada masanya.

Koleksi pelukis asal Italia itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara, khususnya Italia, karena karya seorang pelukis terkenal itu mulai langka di negaranya.

Salah satunya yang terawat dengan baik hingga sekarang adalah di Museum Semarajaya di komplek objek wisata Kerthagosa.

Bangunan Museum Semarajaya yang mempunyai ciri yang khas perpaduan arsitektur Belanda dengan arsitektur tradisional Bali cukup  mempesona.  

Gedung museum yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia sekitar tahun 1942 itu hingga kini keasliannya tetap dipertahankan, meskipun pernah mengalami renovasi beberapa tahun silam.

Museum Semarajaya yang menonjolkkan kharisma dan pesona itu terdiri atas tiga bagian, yang senantiasa menjadi sasaran kunjungan wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Dewata.

Setiap hari ada saja bus yang mengangkut wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Museum Semarajaya yang berlokasi di jalur menuju kawasan Bali timur, atau berjarak sekitar 55 km timur kota Denpasar.

        
           Peninggalan sejarah
Para Menlu ASEAN yang diantar Bupati Klungkung I Wayan Candra sempat menyaksikan beberapa lukisan koleksi Museum Semarajaya, salah satu dari puluhan museum yang ada di Bali mengoleksi lukisan dan sejumlah peninggalan benda-benda prasejarah yang bernilai estetik.

Karya-karya seni yang berumur ribuan tahun itu mempunyai daya tarik tersendiri, seperti halnya berbagai jenis alat-alat yang terbuat dari bahan batu, alat tenun dan berbagai jenis alat dalam kehidupan sehari-hari pada masa lampau.

Selain itu tersimpan pula peninggalan senjata yang pernah digunakan dalam perang Puputan Klungkung tahun 1908.

Koleksi tersebut antara lain keris, tombak dan tandu raja, disamping foto raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Bali, khususnya Klungkung.

Sebuah ruangan khusus juga tempat penyimpanan koleksi antara lain seperangkat gamelan, kain tenun, selongsong peluru, perak, kuningan serta barong, dan rangda yang dibuat ratusan tahun silam.

Kerthagosa yang kini dijadikan objek wisata menarik di kawasan Bali timur, merupakan bukti sejarah dari kerajaan Klungkung.

Objek wisata yang terletak dijantung Kota Semarapura dapat dijangkau dengan mudah menggunakan kendaraan bermotor, dengan waktu tempuh kurang dari satu jam dari kota Denpasar.

Di komplek objek wisata tersebut selain Museum Semarajaya juga terdapat Taman Gili dan sejumlah bangunan Kerthagosa.

Bangunan yang bagian langit-langitnya itu dihiasi dengan lukisan klasik gaya Kamasan.

Sebuah kolam yang tertata apik dengan ratusan jenis ikan hias berwarna-warni mengelilingi Taman Gili, sehingga mampu memberikan ketenangan dan menyamanan bagi setiap pengunjung.

Bangunan Taman Gili merupakan bagian dari satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Puri Semarapura Klungkung, yang kini dirawat dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung.

    
Pengadilan adat

Gedung Kerthagosa yang arsitekturnya terpelihara hingga sekarang, konon pada zaman kerajaan berfungsi sebagai balai pengadilan adat.

Setiap warga masyarakat yang bermasalah, baik yang melanggar ketentuan adat, norma agama dan pertikaian penyelesaiannya di tempat tersebut.

Bangunan yang terdiri beberapa ruangan, salah satu ruangan yang berukuran cukup luas itu dilengkapi enam buah kursi dan sebuah meja ukuran persegi empat yang berhiaskan ukiran prada.

Masing-masing kursi yang utuh hingga sekarang itu dihiasi dengan seni pahat yang berbeda-beda.

Dua kursi dilengkapi dengan pahatan naga, masing-masing untuk tempat duduk  pendeta Brahmana dan tempat duduk sang raja.

Dua kursi lainnya dihiasi pahatan lembu untuk juru tulis dan yang memanggil  pesakitan (terdakwa).

Sebuah kursi yang berpahat Singa untuk tempat duduk seorang petinggi Belanda, dan satu kursi berisi hiasan kerbau bagi hakim yang memutus perkara tersebut.

Sedangkan masyarakat yang diadili karena melakukan pelanggaran duduk bersila di lantai. Gedung Kerthagosa adalah tempat untuk menghukum seseorang akibat pelanggaran yang dilakukan.

Proses pengadilan terhadap seluruh warga masyarakat yang melakukan pelanggaran di bawah kekuasaan raja-raja di seluruh Bali itu dilaksanakan setiap Purnamaning Kapat atau sekitar bulan Oktober setiap tahunnya.

Selain itu gedung yang dihiasi dengan lukisan gaya kamasan itu juga dimanfaatkan oleh para raja untuk membahas berbagai hal yang berkaitan dengan keamanan, kemakmuran dan keadilan wilayah kerajaan Bali.

Menurut Candra Sengkala yang terpahat di Pemedalan Agung (pintu utama) Puri Kerthagosa,  objek wisata tersebit dibuat tahun 1622 atau tahun 1700 Masehi, saat pemerintahan Klungkung dikendalikan oleh Raja  I Dewa Agung Jambe.

Gedung Kerthagosa itu sekaligus berfungsi sebagai tempat penerimaan tamu-tamu penting kerajaan, seperti yang datang dari Belanda, Inggris, Portugal, dan China.

Kini Kerthagosa merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Klungkung, selain peningkatan budaya, juga lukisan yang menceritalan  tentang sistem peradilan pada zaman kerajaan dulu.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011