Denpasar (Antara Bali) - Black Rose Theater dan Teater Pictorial dari Bandung, menggenapi pementasan kelilingnya di Bentara Budaya Bali Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, Ketewel, Kabupaten Gianyar, Minggu (24/7) malam dengan lakon "Sumur Tanpa Dasar" karya Arifin C Noer.
Dua kelompok teater terkini itu sebelumnya menampilkan kebolehannya di Gedung Kesenian Tasikmalaya, Taman Budaya Jawa Barat, Taman Budaya Mataram, NTB, dan Sasana Budaya Singaraja, Kabupaten Buleleng.
Semi Ikra Anggara, pimpinan produksi pementasan, dalam penjelasan yang diterima ANTARA di Denpasar, Minggu pagi menyebutkan, pemanggungan yang dijadwalkan mulai pukul 19.00 Wita itu merupakan upaya generasi baru teater Indonesia dalam menafsir lapisan makna pada teks lakon generasi sebelumnya.
Hal itu sekaligus menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru guna mengukuhkan eksistensi masing-masing sesuai dengan kecenderungan dan keyakinan yang dipilih kedua kelompok teater itu.
Panitia selain mementaskan "Sumur Tanpa Dasar", pada pagi harinya juga mengadakan pelatihan atau workshop teater bersama Black Rose Theater dan Teater Pictorial.
Menurut Ikra, penyelenggaraan workshop itu sebagai cerminan upaya generasi teater terkini untuk mengembangkan tradisinya sendiri, mencari bentuk di tengah berbagai kecenderungan teater realis maupun surealis, disamping melakukan kontekstualisasi pada pendalaman isi dan garapan.
"Konsep garapan yang kami buat adalah tiga hal besar mengenai segala sesuatu tentang naskah, tafsir terhadap naskah dan tafsir pertunjukan. Konsep disusun dengan tujuan sebagai pedoman penggarapan, pemetaan gagasan, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban," ujar Irwan Jamal, sutradara pementasan.
Lakon "Sumur Tanpa Dasar" ditulis Arifin C Noer 48 tahun silam, ketika dia masih berusia 22 tahun. Namun karya itu dianggap tetap relevan bagi kehidupan masa kini.
Naskah yang disusun menjelang tragedi 1965 itu dianggap berhasil memotret sisi manusia modern yang tengah mengalami krisis eksistensi sekaligus kehampaan spiritual.
Tokoh utama, yakni Jumena Martawangsa yang terbelenggu oleh keyakinan pada pikirannya sendiri mengalami kemelut batin berkepanjangan lantaran berbenturan dengan hati nuraninya sendiri.
Sebagaimana karya Arifin lainnya, "Sumur Tanpa Dasar" terbilang puitis, surealis dan simbolis, serta mengeksplorasi masalah psikologis tokoh-tokohnya yang senantiasa ada dalam simpang pilihan.
Black Rose Theater dan Teater Pictorial masing-masing didirikan pada tahun 2008 dan 2009, anggotanya rata-rata masih berusia sekitar 20 tahun.
Mereka berniat melanjutkan lawatan pentas di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Pimpinan produksi pementasan Semi Ikra Anggara, dibantu penata artistik Irwan Jamal, dengan aktor Semi Ikra Anggara, Iqbal Ruswandita, Ayu, Christy, Zainal Arifin, May Ramadhan, Indrawan Setiadi, Sugih, Dedek Komadri, Agung, Anugerah Permana, Suherman, dan Agung Permana Putra.
Penata musik Lawe NH, Dadan Lesmana, dan Isep Sunandar. Sedangkan Manajer panggung Cucu Lesmana.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Dua kelompok teater terkini itu sebelumnya menampilkan kebolehannya di Gedung Kesenian Tasikmalaya, Taman Budaya Jawa Barat, Taman Budaya Mataram, NTB, dan Sasana Budaya Singaraja, Kabupaten Buleleng.
Semi Ikra Anggara, pimpinan produksi pementasan, dalam penjelasan yang diterima ANTARA di Denpasar, Minggu pagi menyebutkan, pemanggungan yang dijadwalkan mulai pukul 19.00 Wita itu merupakan upaya generasi baru teater Indonesia dalam menafsir lapisan makna pada teks lakon generasi sebelumnya.
Hal itu sekaligus menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru guna mengukuhkan eksistensi masing-masing sesuai dengan kecenderungan dan keyakinan yang dipilih kedua kelompok teater itu.
Panitia selain mementaskan "Sumur Tanpa Dasar", pada pagi harinya juga mengadakan pelatihan atau workshop teater bersama Black Rose Theater dan Teater Pictorial.
Menurut Ikra, penyelenggaraan workshop itu sebagai cerminan upaya generasi teater terkini untuk mengembangkan tradisinya sendiri, mencari bentuk di tengah berbagai kecenderungan teater realis maupun surealis, disamping melakukan kontekstualisasi pada pendalaman isi dan garapan.
"Konsep garapan yang kami buat adalah tiga hal besar mengenai segala sesuatu tentang naskah, tafsir terhadap naskah dan tafsir pertunjukan. Konsep disusun dengan tujuan sebagai pedoman penggarapan, pemetaan gagasan, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban," ujar Irwan Jamal, sutradara pementasan.
Lakon "Sumur Tanpa Dasar" ditulis Arifin C Noer 48 tahun silam, ketika dia masih berusia 22 tahun. Namun karya itu dianggap tetap relevan bagi kehidupan masa kini.
Naskah yang disusun menjelang tragedi 1965 itu dianggap berhasil memotret sisi manusia modern yang tengah mengalami krisis eksistensi sekaligus kehampaan spiritual.
Tokoh utama, yakni Jumena Martawangsa yang terbelenggu oleh keyakinan pada pikirannya sendiri mengalami kemelut batin berkepanjangan lantaran berbenturan dengan hati nuraninya sendiri.
Sebagaimana karya Arifin lainnya, "Sumur Tanpa Dasar" terbilang puitis, surealis dan simbolis, serta mengeksplorasi masalah psikologis tokoh-tokohnya yang senantiasa ada dalam simpang pilihan.
Black Rose Theater dan Teater Pictorial masing-masing didirikan pada tahun 2008 dan 2009, anggotanya rata-rata masih berusia sekitar 20 tahun.
Mereka berniat melanjutkan lawatan pentas di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Pimpinan produksi pementasan Semi Ikra Anggara, dibantu penata artistik Irwan Jamal, dengan aktor Semi Ikra Anggara, Iqbal Ruswandita, Ayu, Christy, Zainal Arifin, May Ramadhan, Indrawan Setiadi, Sugih, Dedek Komadri, Agung, Anugerah Permana, Suherman, dan Agung Permana Putra.
Penata musik Lawe NH, Dadan Lesmana, dan Isep Sunandar. Sedangkan Manajer panggung Cucu Lesmana.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011