Lumajang (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan bahwa umat Hindu yang bermukim di berbagai daerah di Indonesia, umumnya bisa diterima masyarakat lingkungannya dengan baik.
"Mereka hidup rukun berdampingan satu sama lain, sehingga keberadaannya bisa diterima umat lain," kata Gubernur Pastika di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu.
Gubernur berada di Lumajang dalam rangkaian "tirtayatra" atau perjalanan suci ke sejumlah pura di wilayah Jawa Timur sejak Jumat (22/7) lalu.
Dalam acara dua hari itu, gubernur didampingi tokoh spiritual Hindu Ida Pedanda Gede Made Gunung dan para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bali.
Sebelum ke Pura Mandala Giri Semeru Agung, gubernur dan rombongan terlebih dalulu melakukan "tirtayatra" ke Pura Blambangan, Kabupaten Banyuwangi.
Perjalanan suci itu dirangkaikan dengan melakukan kegiatan ritual "ngayarin" (setelah puncak karya) "piodalan" atau semacam ritual tahunan yang puncaknya jatuh pada Purnama Sasih Kasa, 15 Juli 2011 di tempat suci umat Hindu terbesar di Pulau Jawa itu.
Ia mengatakan, umat Hindu yang memang dari leluhurnya bermukim di berbagai daerah di Nusantara seperti di sekitar Pura Blambangan, Banyuwangi dan Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang, tercatat menjalani kehidupan yang fleksibel.
"Dalam kehidupan bermasyarakat dengan umat lainnya sehari-hari, umat Hindu lebih mengedepankan rasa persaudaraan (menyama braya) dan saling menghormati satu sama lain," tutur Gubernur Pastika yang pada Jumat malam (22/7) sempat mengadakan diskusi dengan tokoh dan masyarakat "pengemong" Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Dikatakan, berkat kebersamaan dengan masyarakat di sekitarnya, telah menbuat suasana di sekitar umat Hindu bermukim menjadi semakin akrab dan harmonis.
Demikian juga dengan karya seni asal Bali, selalu mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat di luar Pulau Dewata.
Hal itu terlihat dari pementasan kesenian Bali yang ditampilkan oleh seniman dari perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, mendapat perhatian yang antusias dari masyarakat di sekitar Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Penampilan kesenian barong di wantilan Pura Mandara Giri Semeru Agung, terlihat mendapat perhatian besar dari masyarakat Lumajang, yang tidak saja beragama Hindu, namun juga yang beragama Islam dan lainnya.
Masyarakat setempat tampak menikmati kesenian itu sejak awal hingga berakhir, yang berlangsung sekitar tiga jam.
Gubernur Pastika mengharapkan, keakraban yang demikian itu dapat dipelihara dan ditingkatkan pada masa-masa mendatang, karena kebersamaan menjadi salah satu modal dalam menyukseskan pembangunan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
Rombongan "tirtayatra" sebanyak 260 orang, berangkat dengan menggunakan tujuh buah bus. Rombongan yang berangkat Jumat pagi, Sabtu petang tiba kembali di Denpasar.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Mereka hidup rukun berdampingan satu sama lain, sehingga keberadaannya bisa diterima umat lain," kata Gubernur Pastika di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu.
Gubernur berada di Lumajang dalam rangkaian "tirtayatra" atau perjalanan suci ke sejumlah pura di wilayah Jawa Timur sejak Jumat (22/7) lalu.
Dalam acara dua hari itu, gubernur didampingi tokoh spiritual Hindu Ida Pedanda Gede Made Gunung dan para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bali.
Sebelum ke Pura Mandala Giri Semeru Agung, gubernur dan rombongan terlebih dalulu melakukan "tirtayatra" ke Pura Blambangan, Kabupaten Banyuwangi.
Perjalanan suci itu dirangkaikan dengan melakukan kegiatan ritual "ngayarin" (setelah puncak karya) "piodalan" atau semacam ritual tahunan yang puncaknya jatuh pada Purnama Sasih Kasa, 15 Juli 2011 di tempat suci umat Hindu terbesar di Pulau Jawa itu.
Ia mengatakan, umat Hindu yang memang dari leluhurnya bermukim di berbagai daerah di Nusantara seperti di sekitar Pura Blambangan, Banyuwangi dan Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang, tercatat menjalani kehidupan yang fleksibel.
"Dalam kehidupan bermasyarakat dengan umat lainnya sehari-hari, umat Hindu lebih mengedepankan rasa persaudaraan (menyama braya) dan saling menghormati satu sama lain," tutur Gubernur Pastika yang pada Jumat malam (22/7) sempat mengadakan diskusi dengan tokoh dan masyarakat "pengemong" Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Dikatakan, berkat kebersamaan dengan masyarakat di sekitarnya, telah menbuat suasana di sekitar umat Hindu bermukim menjadi semakin akrab dan harmonis.
Demikian juga dengan karya seni asal Bali, selalu mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat di luar Pulau Dewata.
Hal itu terlihat dari pementasan kesenian Bali yang ditampilkan oleh seniman dari perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, mendapat perhatian yang antusias dari masyarakat di sekitar Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Penampilan kesenian barong di wantilan Pura Mandara Giri Semeru Agung, terlihat mendapat perhatian besar dari masyarakat Lumajang, yang tidak saja beragama Hindu, namun juga yang beragama Islam dan lainnya.
Masyarakat setempat tampak menikmati kesenian itu sejak awal hingga berakhir, yang berlangsung sekitar tiga jam.
Gubernur Pastika mengharapkan, keakraban yang demikian itu dapat dipelihara dan ditingkatkan pada masa-masa mendatang, karena kebersamaan menjadi salah satu modal dalam menyukseskan pembangunan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
Rombongan "tirtayatra" sebanyak 260 orang, berangkat dengan menggunakan tujuh buah bus. Rombongan yang berangkat Jumat pagi, Sabtu petang tiba kembali di Denpasar.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011