Semarapura (Antaranews Bali) - Bupati Klungkung, Bali I Nyoman Suwirta, bersama Ketua TP-PKK setempat Ny. Ayu Suwirta, mengampanyekan memasak menggunakan kompor berbahan bakar pelet dari hasil produksi Program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) "Gema Santi" hingga ke desa-desa.

"Sampah dapat diolah menjadi pelet, salah satu jenis komoditas yang bernilai ekonomis sehingga sampah diharapkan dapat dikelola dengan baik, dalam mewujudkan kebersihan dan kelestarian lingkungan," ujar Bupati Nyoman Suwirta dalam siaran pers yang diterima Antara di Denpasar, Kamis.

Ia menilai, kompor yang menggunakan bahan bakar pelet itu memiliki berbagai keunggulan, yakni kompor tidak akan meledak, tidak menimbulkan aroma sampah, serta bahan bakar yang murah.

Kompor yang dipakai merupakan rancangan khusus produk standar nasional Indonesia (SNI) dari Universitar Airlangga yang dijual dengan harga Rp300.000 per unit, sedangkan program TOSS yang menghasilkan pelet merupakan kerja sama antara Pemkab Klungkung dengan Sekolah Tinggi Teknik (STT) PLN Jakarta sejak Desember 2017.

Bupati Suwirta merencanakan ke depan menggandeng usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk menciptakan kompor serupa dengan harga yang lebih terjangkau.

"Sosialisasi kompor berbahan bakar pelet segera dilaksanakan ke desa-desa yang telah memproduksi pelet, setelah kompor kita produksi nantinya akan dibagikan kepada masyarakat miskin sehingga mereka tidak lagi menggunakan kompor gas maupun kompor minyak tanah yang harganya relatif mahal," ujar Bupati Suwirta.

Ia mengharapkan dengan pemakaian kompor berbahan bakar pelet diharapkan mampu mendukung pengolahan dan pemanfaatan sampah yang semakin maksimal terutama di Desa yang telah menerapkan program TOSS.

Bupati Suwirta mengharapkan program TOSS Gema Santi mampu menjadi solusi untuk menanganani masalah sampah di Kabupaten Klungkung. Daerah ini yang tidak lagi memiliki lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) dengan program TOSS seluruh desa dapat mengolah sampah menjadi briket dan pelet yang bernilai ekonomis.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Klungkung Anak Agung Kirana mengatakan, penggunaan kompor berbahan bakar pelet sebagai upaya mengurangi dan mengatasi masalah sampah.

Bersama TP-PKK Klungkung pihaknya melakukan sosialisasi pembuatan bahan bakar pelet secara manual maupun dengan mesin serta cara penggunaan kompor ke desa desa. Pelet memiliki manfaat dan nilai ekonomis, untuk bahan bakar kompor dan pembangkit listrik yang siap dibeli Indonesia Power.

Di Kabupaten Klungkung hingga saat ini sembilan desa telah menggunakan kompor berbahan bakar pelet, diantaranya Gunaksa, Dawan Klod, Dawan Kaler, Paksebali, Tangkas, Gelgel, Kampung Gelgel, Akah dan Desa Banjarangkan.

Jumlah tersebut dalam tahun 2018 diharapkan dapat ditingkatkan untuk mengolah sampah menjadi pelet dan memanfaatkan kompor dengan baik.

"Semoga tahun ini akan lebih banyak desa akan memanfaatkan teknologi ini, karena Bupati Suwirta sudah memberikan jalan kepada pihak desa menggunakan 15 persen anggaran dana desa (ADD) untuk hal-hal bersifat kebersihan dan pengolahan sampah sesuai dengan payung hukum," ujar Anak Agung Kirana. (WDY)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018