Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Made Mangku Pastika bersama pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Bali mengadakan "tirtayatra", perjalanan suci ke Pura Blambangan, Banyuwangi, dan Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, Jatim selama dua hari, 22-23 Juli 2011.

"Kegiatan ritual itu melibatkan sekitar 260 orang, selain pimpinan SKPD juga para pemimpin upacara keagamaan (pemangku) di Bali," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Jumat.

Menjelang keberangkatan ke Jawa Timur, ia mengatakan, rombongan dalam jumlah besar itu menggunakan tujuh bus, terdiri tiga unit milik Pemprov Bali dan empat lainnya sewa.

Rombongan berangkat secara bersama-sama dari Jaya Sabha, rumah jabatan gubernur di Denpasar pukul 07.00 Wita dan dijadwalkan tiba di Pura Blambangan, Kabupaten Banyuwangi sekitar pukul 11.00 WIB.

Rombongan setelah melakukan persembahyangan di Pura Blambangan, yang dijadwalkan sekitar satu jam itu, melanjutkan perjalanan ke Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang.

Dalam lima jam perjalanan, rombongan dijadwalkan tiba di Pura Mandara Giri Semeru Agung sekitar pukul 17.00 WIB. Setelah istirahat sejenak, Gubernur Mangku Pastika dan Wagub AAN Puspayoga masing-masing beserta istri dan seluruh rombongan, mengadakan persembahyangan bersama.

Rombongan dijadwalkan mengadakan tiga kali persembahyangan  bersama, yakni yang kedua pukul 22.00-22.30 dan terakhir Sabtu (23/7) sebelum kembali ke Denpasar antara 06.00-07.30 WIB.

Kegiatan perjalanan suci dan persembahyangan di dua pura besar di wilayah itu untuk memohon keselamatan umat manusia serta alam lingkungan, tutur Ketut Teneng.

Pura Mandara Giri Semeru Agung berdiri megah dan kokoh di atas hamparan lahan perbukitan yang menjadikan Kabupaten Lumajang semakin tenar sebagai kawasan suci bagi penganut Hindu.

Keberadaan tempat suci umat Hindu terbesar di tanah Jawa itu terealisasi setelah melalui upaya dan pembangunan yang cukup panjang.

Keinginan umat Hindu membangun pura di Lumajang itu muncul sejak tahun 1969, namun baru dapat diwujudkan tahun 1992.

Pembangunan tempat suci itu dikerjakan secara bertahap antara lain meliputi candi bentar yang berada di "jaba sisi", candi kurung di "jaba tengah". Di areal ini dibangun Bale Patok, Bale Gong, Gedong Simpen dan Bale Kulkul.

Pura itu juga dilengkapi dengan Pendopo Suci sebagai dapur khusus dan Bale Petandingan. Sementara itu di areal utama 'Jeroan', juga dibangun Pengapit Lawang, Bale Ongkara, Bale Pesanekan, Bale Gajah, Bale Agung, Bale Paselang, Anglurah, Tajuk dan Padmanabha sebagai bangunan suci utama.

Di bagian timur pura dibangun Pesraman Sulinggih, Bale Simpen untuk peralatan, dan dua Bale Pegibungan. Di bagian selatan dibangun pula wantilan megah yang cukup luas.

Pembangunan pura yang tergolong megah sekaligus melaksanakan rangkaian kegiatan ritual di bagian "lambung" Gunung Semeru dilatari konsep yang terkait dengan sumber susastra agama, antara lain disuratkan, ketika "tanah" Jawa belum stabil.

Umat Hindu dari Bali dan berbagai daerah di Nusantara, kini semakin banyak yang mengadakan perjalanan suci ke Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011