Gianyar (Antaranews Bali) - Hasil kajian Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi ternyata lulusan Jepang banyak meraih posisi teratas dari 13.000 orang Indonesia yang memiliki gelar Doktor, karena lulusan Jepang paling banyak menerbitkan tulisan di jurnal ilmiah internasional dan melahirkan inovasi.

"Penelitian mengenai dosen berprestasi nasional yang dilakukan kementerian riset, teknologi dan pendidikan tinggi sejak tahun 2004 hingga 2017, juara satu, dua, dan tiga sebagian besar merupakan alumni Jepang," kata Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta Msc, seorang dosen Universitas Udayana dan mantan Ketua Persada Bali, di Gianyar, Minggu malam.

"Tahun 2012, saya diminta Kementerian Riset, Teknologi dan Dikti untuk memimpin penelitian terhadap para alumni lulusan pendidikan tinggi di luar negeri. Saya memimpin dewan juri dan juri lain dari berbagai universitas seperti UI, ITB, IPB, UGM, dan berbagai universitas terkemuka di Indonesia," kata Dewa Ngurah.

 Ia mengemukakan hal itu dalam simposium ilmiah "Jepang dan Indonesia - 60 tahun Hubungan Kemitraan dan Prospek untuk Masa Depan, di Gianyar, Bali, dengan menampilkan pembicara lainnya Konjen Jepang di Denpasar, Hirohisa Chiba, budayawan Prof Dr I Made Bandem, dan ketua Kadin Bali AA Alit Wiraputra.

Dari hasil riset, fakta menunjukan bahwa alumni Jepang mempunyai daya saing tinggi, terutama di bidang pendidikan tinggi dan pengembangan Iptek karena masih memelihara budaya akademik yang dialami selama belajar di Jepang. "Jika akademisi Indonesia ketemu dengan akademisi Jepang, yang selalu ditanyakan adalah berapa banyak tulisan yang sudah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional dan berapa sudah punya hak paten," ungkap Prof Dewa.

"Kami jadi malu jika akademisi dan punya gelar tapi tidak pernah melahirkan tulisan di jurnal ilmiah internasional. Karena jika tulisannya dipublikasikan di jurnal ilmiah maka ada sesuatu yang baru ditemukan," katanya yang sempat mengecap budaya pendidikan di Jepang enam tahun.

Belum lama ini, "Saya dimintai pendapat oleh kementerian riset, teknologi dan Dikti yang memiliki dana beasiswa ke luar negeri bagi 1.000 mahasiswa Indonesia. Saya langsung usulkan 1.000 mahasiswa itu dikirim belajar ke Jepang dengan dasar hasil riset tersebut," tambah dosen fakultas universitas pertanian Udayana.

Barangkali ini menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan yang sangat signifikan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang dari 1.500-an pada tahun 2004 meningkat menjadi 3.200-an mahasiswa pada tahun 2014. 

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018