Klungkung (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali, menutup saluran irigasi yang menghubungkan Sungai Unda sawah milik petani di daerah itu, untuk mencegah masuknya banjir lahar hujan Gunung Agung ke sejumlah lahan pertanian setempat.
"Selama ini sistem pengairan lahan pertanian (subak) di Klungkung menggunakan sumber mata airnya dari Sungai Unda, namun karena ada banjir ini terpaksa kami tutup," kata Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gde Juanida di Klungkung, Selasa.
Ia mengatakan, penutupan saluran irigasi ini hanya berlangsung pada Desember 2017, sehingga pihaknya meminta kepada petani yang sedang menanam padi memahami hal ini. Oleh sebab itu, ia menegaskan akibat penutupan ini ada ratusan hektare sawah berpotensi mengalami penundaan penanaman padi.
Juanida merinci luas lahan persawahan yang terdampak dan berpotensi penundaan penanaman padi terdapat di Subak Sampalan Delod Margi, Kecamatan Dawan dengan luas 47 hektar dan Gunaksa 110 hektar.
Selain itu, Subak Toya Ehe yang luasnya 51 hektar, Subak Selat (64 hektar) dan Toya Cau (28 hektar) Kecamatan Klungkung juga diprediksi terkena dampak akibat penutupan irigasi ini.
"Tapi saya masih yakin tidak banyak sawah yang terdampak di Klungkung dan masih ada sawah lainnya yang masih mendapat air dan bisa ditanami padi sesuai musim. Namun, produksi beras di Klungkung akibat ini dipastikan juga ikut menurun tapi jumlahnya tidak banyak, karena kecamatan lain masih bisa dilakukan penanaman padi," ujarnya.
Pemerintah setempat melakukan upaya pemberian subsidi bibit pakai dengan harga lebih murah apabila petani ingin melakukan penanaman padi.
Ia mengatakan, sejumlah petani pada subak yang berpotensi dampak kekurangan air ini juga sudah masuk sebagai peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
"Jika ada yang sudah melakukan penanaman padi dan gagal panen, akan diberikan klaim. Namun, saat ini belum ada yang mengajukan. Kami juga masih menunggu perkembangan beberapa minggu ke depan," ujarnya.
Sementara itu, seorang petani di Subak Toya Cau Tempek Lepang, Desa Tojan, I Nyoman Sulandra mengatakan, air irigasi sudah tidak mengairi sawahnya yang rencananya akan ditanami bibit yang dibelinya.
"Karena saya belum menanam padi, kerugian tidak banyak. Namun, bibit yang saya beli terpaksa tidak jadi ditanam karena tidak ada air, sehingga akan mubazir bibit yang dibelinya," ujarnya.
Pihaknya mengatakan, masih melihat situasi dan kondisi untuk menanam tanaman jenis apa akibat kekurangan air ini. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Selama ini sistem pengairan lahan pertanian (subak) di Klungkung menggunakan sumber mata airnya dari Sungai Unda, namun karena ada banjir ini terpaksa kami tutup," kata Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gde Juanida di Klungkung, Selasa.
Ia mengatakan, penutupan saluran irigasi ini hanya berlangsung pada Desember 2017, sehingga pihaknya meminta kepada petani yang sedang menanam padi memahami hal ini. Oleh sebab itu, ia menegaskan akibat penutupan ini ada ratusan hektare sawah berpotensi mengalami penundaan penanaman padi.
Juanida merinci luas lahan persawahan yang terdampak dan berpotensi penundaan penanaman padi terdapat di Subak Sampalan Delod Margi, Kecamatan Dawan dengan luas 47 hektar dan Gunaksa 110 hektar.
Selain itu, Subak Toya Ehe yang luasnya 51 hektar, Subak Selat (64 hektar) dan Toya Cau (28 hektar) Kecamatan Klungkung juga diprediksi terkena dampak akibat penutupan irigasi ini.
"Tapi saya masih yakin tidak banyak sawah yang terdampak di Klungkung dan masih ada sawah lainnya yang masih mendapat air dan bisa ditanami padi sesuai musim. Namun, produksi beras di Klungkung akibat ini dipastikan juga ikut menurun tapi jumlahnya tidak banyak, karena kecamatan lain masih bisa dilakukan penanaman padi," ujarnya.
Pemerintah setempat melakukan upaya pemberian subsidi bibit pakai dengan harga lebih murah apabila petani ingin melakukan penanaman padi.
Ia mengatakan, sejumlah petani pada subak yang berpotensi dampak kekurangan air ini juga sudah masuk sebagai peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
"Jika ada yang sudah melakukan penanaman padi dan gagal panen, akan diberikan klaim. Namun, saat ini belum ada yang mengajukan. Kami juga masih menunggu perkembangan beberapa minggu ke depan," ujarnya.
Sementara itu, seorang petani di Subak Toya Cau Tempek Lepang, Desa Tojan, I Nyoman Sulandra mengatakan, air irigasi sudah tidak mengairi sawahnya yang rencananya akan ditanami bibit yang dibelinya.
"Karena saya belum menanam padi, kerugian tidak banyak. Namun, bibit yang saya beli terpaksa tidak jadi ditanam karena tidak ada air, sehingga akan mubazir bibit yang dibelinya," ujarnya.
Pihaknya mengatakan, masih melihat situasi dan kondisi untuk menanam tanaman jenis apa akibat kekurangan air ini. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017