Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengimbau dan mengajak masyarakat di Pulau Dewata untuk rajin membantu dan lebih peduli kepada kaum lanjut usia (lansia).
"Saya sebagai Gubernur yang juga sudah `lingsir` atau tua, merasa punya utang kepada rakyat. Saya hanya ingin berbagi, terutama saat-saat hari raya seperti ini. Saya merasa prihatin, mengapa banyak orang tidak mau berbagi dengan tulus ikhlas," katanya di Denpasar, Sabtu.
Umat Hindu di Bali pada Sabtu (11/11) merayakan Hari Suci Kuningan, yang jatuh setiap 210 hari sekali. Kuningan merupakan salah satu rangkaian dari Hari Suci Galungan yang telah dirayakan 10 hari sebelumnya.
"Ternyata masih banyak orang tua yang lanjut usia yang memerlukan perhatian kita semua, yang memerlukan uluran tangan dermawan," ucap Pastika.
Pastika menyampaikan ajakan itu berkaca dari hasil kunjungannya ke sejumlah penampungan kaum lansia dan warga tidak mampu pada Jumat (10/11) atau sehari sebelum Hari Kuningan. Di Bali, hari tersebut dikenal dengan istilah Penampahan Kuningan.
Orang nomor satu di Bali itu menceritakan dirinya pada Jumat telah mendatangi rumah Ketut Tekek di Desa Nongan, Kabupaten Karangasem.
Nenek berusia 73 tahun itu tinggal bersama bersama suaminya, Putu Dauh (75), menempati sebidang tanah yang bukan kepunyaannya. Di lahan tegalan tersebut berdiri dua bangunan yang sudah termakan usia yang merupakan tempat tinggal mereka.
Anak satu-satunya yang perempuan sudah menikah dan ikut suaminya, sehingga lansia ini hidup berdua mengisi hari-harinya dengan "nyakap" atau mengerjakan lahan kebun dan memelihara sapi milik orang lain.
Walaupun begitu, semangat juangnya tidak terputus oleh waktu, selalu berusaha dan menikmati kebersamaan. Meski sang suami, Putu Dauh sudah tidak bisa melihat, setidaknya alunan seruling kesayangannya yang mengalun setiap sore bisa melepas kelelahan dan kesunyian mereka.
Mendengar alunan seruling itu jugalah yang menyentuh hati Pastika untuk tergerak membelikan seruling baru bagi sang kakek.
Pada hari yang sama, Pastika juga mengunjungi Nengah Sana, warga Desa Akah, Klungkung. Pria kesehariannya menjaga anaknya Ketut Werni, yang menderita gangguan kejiwaan.
Nengah Sana sebenarnya memiliki tujuh orang anak, namun anak lainnya sudah meninggal, sedangkan satu orang anaknya sudah menikah dan tinggal di tempat lain.
Selanjutnya, Pastika juga mengunjungi Made Suda dan Made Muklen, warga Desa Tulikup Gianyar. Lansia suami-istri ini tinggal di rumah yang sudah hampir roboh.
Genting belakangnya sudah jatuh, plafonnya sudah terlepas, sehingga mereka tidur di teras yang hanya dibatasi anyaman bambu.
Pada kesempatan tersebut, Pastika bersama Komunitas Atas Nama Orang Miskin (Anom) dan Komunitas Taman Hati memberikan bantuan bahan pokok dan juga uang tunai sebagai wujud kepedulian bagi sesama. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Saya sebagai Gubernur yang juga sudah `lingsir` atau tua, merasa punya utang kepada rakyat. Saya hanya ingin berbagi, terutama saat-saat hari raya seperti ini. Saya merasa prihatin, mengapa banyak orang tidak mau berbagi dengan tulus ikhlas," katanya di Denpasar, Sabtu.
Umat Hindu di Bali pada Sabtu (11/11) merayakan Hari Suci Kuningan, yang jatuh setiap 210 hari sekali. Kuningan merupakan salah satu rangkaian dari Hari Suci Galungan yang telah dirayakan 10 hari sebelumnya.
"Ternyata masih banyak orang tua yang lanjut usia yang memerlukan perhatian kita semua, yang memerlukan uluran tangan dermawan," ucap Pastika.
Pastika menyampaikan ajakan itu berkaca dari hasil kunjungannya ke sejumlah penampungan kaum lansia dan warga tidak mampu pada Jumat (10/11) atau sehari sebelum Hari Kuningan. Di Bali, hari tersebut dikenal dengan istilah Penampahan Kuningan.
Orang nomor satu di Bali itu menceritakan dirinya pada Jumat telah mendatangi rumah Ketut Tekek di Desa Nongan, Kabupaten Karangasem.
Nenek berusia 73 tahun itu tinggal bersama bersama suaminya, Putu Dauh (75), menempati sebidang tanah yang bukan kepunyaannya. Di lahan tegalan tersebut berdiri dua bangunan yang sudah termakan usia yang merupakan tempat tinggal mereka.
Anak satu-satunya yang perempuan sudah menikah dan ikut suaminya, sehingga lansia ini hidup berdua mengisi hari-harinya dengan "nyakap" atau mengerjakan lahan kebun dan memelihara sapi milik orang lain.
Walaupun begitu, semangat juangnya tidak terputus oleh waktu, selalu berusaha dan menikmati kebersamaan. Meski sang suami, Putu Dauh sudah tidak bisa melihat, setidaknya alunan seruling kesayangannya yang mengalun setiap sore bisa melepas kelelahan dan kesunyian mereka.
Mendengar alunan seruling itu jugalah yang menyentuh hati Pastika untuk tergerak membelikan seruling baru bagi sang kakek.
Pada hari yang sama, Pastika juga mengunjungi Nengah Sana, warga Desa Akah, Klungkung. Pria kesehariannya menjaga anaknya Ketut Werni, yang menderita gangguan kejiwaan.
Nengah Sana sebenarnya memiliki tujuh orang anak, namun anak lainnya sudah meninggal, sedangkan satu orang anaknya sudah menikah dan tinggal di tempat lain.
Selanjutnya, Pastika juga mengunjungi Made Suda dan Made Muklen, warga Desa Tulikup Gianyar. Lansia suami-istri ini tinggal di rumah yang sudah hampir roboh.
Genting belakangnya sudah jatuh, plafonnya sudah terlepas, sehingga mereka tidur di teras yang hanya dibatasi anyaman bambu.
Pada kesempatan tersebut, Pastika bersama Komunitas Atas Nama Orang Miskin (Anom) dan Komunitas Taman Hati memberikan bantuan bahan pokok dan juga uang tunai sebagai wujud kepedulian bagi sesama. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017