Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah pedagang buah-buahan di pusat-pusat perbelanjaan maupun pasar tradisional di sekitar Kota Denpasar, menyambut baik program "Gemar Buah Indonesia" yang diluncurkan pemerintah, Minggu, dengan harapan mampu mendongkrak omset penjualan.
Selain itu, pemuka masyarakat di Bali juga sejak lama mengimbau kepada masyarakat agar menggunakan buah lokal untuk sarana pembuatan upakara ritual keagamaan dan hal itu mulai dipatuhinya, kata Nyoman Suwarni pedagang di Denpasar, Minggu.
Masyarakat Bali sudah menyadari bahwa buah lokal yang memiliki kualitas tak kalah dibandingkan dengan buah impor, terbukti dalam rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan buah lokal banyak dibeli oleh ibu-ibu rumah tangga.
Masyarakat makin menggemari buah lokal disamping rasanya lebih enak sesuai rasa yang sudah melekat, juga karena harga buah impor lebih mahal dan pembeli memiliki rasa was-was terhadap kandungan residu obat pengawet.
Buah dari luar negeri dapat dipastikan ada pengawetnya, masyarakat mulai khawatir karena bisa menganggu kesehatan, jika memakannya berlebihan, tutur Suwarni sedangkan buah lokal hampir tidak ada pengawetnya.
"Kami menyambut baik program pemerintah tentang "Gemar Buah Indonesia" tidak saja ditujukan kepada rakyat juga kepada pengusaha hotel dan restoran di Bali yang banyak memerlukan buah untuk turis," kata Sadikin, seorang pedagang lainnya.
Ia yang pedagang pengepul buah di pasar tradisional di pinggiran kota Denpasar mengatakan, pihaknya mendatangkan berbagai jenis buah-buahan dari Jawa seperti pisang, pepaya, buah naga untuk konsumsi masyarakat Bali.
Masyarakat Bali khususnya umat Hindu pada saat Hari Raya Galungan, melakukan kegiatan ritual berskala besar sehingga sudah dapat dipastikan memerlukan buah-buahan bahan upacara ritual dalam jumlah banyak.
"Kami mensuplai pisang dan janur sampai ke pasar tradisional di Kecamatan Ubud, Tegalalang dan Payangan semuanya berada di daerah pedalaman di Kabupaten Gianyar," kata Sadikin menjelaskan.
Ada belasan pedagang buah-buahan dari Jawa mengisi permintaan masyarakat akan buah segar bahan upacara adat dan keagamaan, disamping memenuhi pengusaha hotel dan restoran di daerah ini untuk konsumsi turis.
Ia juga meminta kepada para pejabat agar lebih mengutamakan mengkonsumsi buah lokal saat melakukan jamuan-jamuan resmi maupun di rumah tangga sehingga bisa dicontoh oleh masyarakat.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Selain itu, pemuka masyarakat di Bali juga sejak lama mengimbau kepada masyarakat agar menggunakan buah lokal untuk sarana pembuatan upakara ritual keagamaan dan hal itu mulai dipatuhinya, kata Nyoman Suwarni pedagang di Denpasar, Minggu.
Masyarakat Bali sudah menyadari bahwa buah lokal yang memiliki kualitas tak kalah dibandingkan dengan buah impor, terbukti dalam rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan buah lokal banyak dibeli oleh ibu-ibu rumah tangga.
Masyarakat makin menggemari buah lokal disamping rasanya lebih enak sesuai rasa yang sudah melekat, juga karena harga buah impor lebih mahal dan pembeli memiliki rasa was-was terhadap kandungan residu obat pengawet.
Buah dari luar negeri dapat dipastikan ada pengawetnya, masyarakat mulai khawatir karena bisa menganggu kesehatan, jika memakannya berlebihan, tutur Suwarni sedangkan buah lokal hampir tidak ada pengawetnya.
"Kami menyambut baik program pemerintah tentang "Gemar Buah Indonesia" tidak saja ditujukan kepada rakyat juga kepada pengusaha hotel dan restoran di Bali yang banyak memerlukan buah untuk turis," kata Sadikin, seorang pedagang lainnya.
Ia yang pedagang pengepul buah di pasar tradisional di pinggiran kota Denpasar mengatakan, pihaknya mendatangkan berbagai jenis buah-buahan dari Jawa seperti pisang, pepaya, buah naga untuk konsumsi masyarakat Bali.
Masyarakat Bali khususnya umat Hindu pada saat Hari Raya Galungan, melakukan kegiatan ritual berskala besar sehingga sudah dapat dipastikan memerlukan buah-buahan bahan upacara ritual dalam jumlah banyak.
"Kami mensuplai pisang dan janur sampai ke pasar tradisional di Kecamatan Ubud, Tegalalang dan Payangan semuanya berada di daerah pedalaman di Kabupaten Gianyar," kata Sadikin menjelaskan.
Ada belasan pedagang buah-buahan dari Jawa mengisi permintaan masyarakat akan buah segar bahan upacara adat dan keagamaan, disamping memenuhi pengusaha hotel dan restoran di daerah ini untuk konsumsi turis.
Ia juga meminta kepada para pejabat agar lebih mengutamakan mengkonsumsi buah lokal saat melakukan jamuan-jamuan resmi maupun di rumah tangga sehingga bisa dicontoh oleh masyarakat.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011