Bangli (Antara Bali) - Bantuan anggaran kepada para petani ikan di danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali hingga saat ini belum jelas pasca kematian 55 ton ikan di danau itu.
"Kami belum berani memastikan apakah pemerintah bakal menggulirkan bantuan untuk meringankan petani atau tidak," kata Wakil Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta, Sabtu.
Ia mengatakan setelah kejadian ini, pihaknya telah mendesak instansi terkai agar mengkaji upaya menebar benih baru dalam menyeimbangkan ekosistem lingkungan di danau.
Kata dia, fenomena tahunan alam semburan belerang di dasar Danau Batur Kintamani, hingga menimbulkan kematian 55 ton ikan di kuramba petani masih menyisakan trauma.
Para petani, jelas dia, sulit memprediksi kejadian itu akan terulang atau tidak dalam kurun waktu Juni - Agustus.
"Saat ini sebagian besar petani maupun Pemkab Bangli tidak berani gegabah untuk menebar benih baru pasca kasus ini," ucapnya.
Soal tindakan awal, jelas Sedana Arta pihaknya sudah melakukan tindakan awal dengan merapatkan SKPD yang membidangi masalah ledakan bencana alam berupa gas belerang di dasar danau.
"Dalam hasil penelitian yang dilakukan tim, kematian ikan itu murni disebabkan oleh belerang, bukan pestisida maupun zat beracun lainnya," jelasnya.
Ia menegaskan dalam paparan rapat serta informasi warga, terkuak fenomena alam di danau kerap terjadi.
"Sehingga ke depan perlu dilakukan proteksi sehingga tidak sampai terulang kejadian sama. Apalagi untuk beternak ikan seperti itu memerlukan biaya yang besar," ujarnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bangli Ir Anak Agung Ngurah Samba mengakui pihaknya kini masih melakukan pendataan atas kerugian dan analisis laporan yang akan disampaikan ke Pemerintah Provinsi Bali dan pusat.
Apa saja langkah yang akan dilakukan pasca kejadian itu, jelas dia mengaku masih menunggu hasil koordinasi itu.
"Apakah akan dilakukan penebaran benih baru dalam waktu dekat ini atau tidak, kami masih menunggu termasuk kemungkinan pemerintah akan menyalurkan bantuan kepada petani ikan," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Kami belum berani memastikan apakah pemerintah bakal menggulirkan bantuan untuk meringankan petani atau tidak," kata Wakil Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta, Sabtu.
Ia mengatakan setelah kejadian ini, pihaknya telah mendesak instansi terkai agar mengkaji upaya menebar benih baru dalam menyeimbangkan ekosistem lingkungan di danau.
Kata dia, fenomena tahunan alam semburan belerang di dasar Danau Batur Kintamani, hingga menimbulkan kematian 55 ton ikan di kuramba petani masih menyisakan trauma.
Para petani, jelas dia, sulit memprediksi kejadian itu akan terulang atau tidak dalam kurun waktu Juni - Agustus.
"Saat ini sebagian besar petani maupun Pemkab Bangli tidak berani gegabah untuk menebar benih baru pasca kasus ini," ucapnya.
Soal tindakan awal, jelas Sedana Arta pihaknya sudah melakukan tindakan awal dengan merapatkan SKPD yang membidangi masalah ledakan bencana alam berupa gas belerang di dasar danau.
"Dalam hasil penelitian yang dilakukan tim, kematian ikan itu murni disebabkan oleh belerang, bukan pestisida maupun zat beracun lainnya," jelasnya.
Ia menegaskan dalam paparan rapat serta informasi warga, terkuak fenomena alam di danau kerap terjadi.
"Sehingga ke depan perlu dilakukan proteksi sehingga tidak sampai terulang kejadian sama. Apalagi untuk beternak ikan seperti itu memerlukan biaya yang besar," ujarnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bangli Ir Anak Agung Ngurah Samba mengakui pihaknya kini masih melakukan pendataan atas kerugian dan analisis laporan yang akan disampaikan ke Pemerintah Provinsi Bali dan pusat.
Apa saja langkah yang akan dilakukan pasca kejadian itu, jelas dia mengaku masih menunggu hasil koordinasi itu.
"Apakah akan dilakukan penebaran benih baru dalam waktu dekat ini atau tidak, kami masih menunggu termasuk kemungkinan pemerintah akan menyalurkan bantuan kepada petani ikan," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011