Semarapura (Antara Bali) - Para perajin gula merah di Banjar Besan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali, kekurangan bahan baku nira atau tuak manis dari pohon kelapa menjelang datangnya Hari Raya Galungan.

"Menjelang Hari Raya Galungan ini kami tak bisa memproduksi gula merah karena penghasil nira atau tuak manis lebih memilih menjadikan hasil sadapan kelapanya sebagai minuman keras jenis tuak," kata I Nengah Yasa, salah seorang perajin gula merah di Klungkung, Sabtu.

Ia mengatakan bahwa menjelang Galungan, permintaan minuman keras jenis tuak cukup tinggi. "Pembuatannya lebih gampang dan pasarnya lebih lancar," ujarnya.

Sementara permintaan untuk tuak manis alias nira sebagai bahan pembuat gula merah tidak stablil sehingga petani penghasil nira lebih memilih membuat tuak.

"Selain itu musim hujan yang terjadi belakangan ini juga ikut berpengaruh karena petani lebih sulit mendapatkan nira sebab pohon kelapa menjadi licin," katanya.

Menurut dia, menjelang Galungan permintaan gula merah mencapai ratusan kg per hari, bahkan istri Gubernur Bali Made Mangku Pastika sudah ikut memesan gula merah kepada Yasa.

Saat ini, katanya, pihaknya kewalahan menyediakan gula merah, karena pemesannya datang dari Denpasar.

"Saya rasa semua perajin gula merah akan merasakan yang sama dengan saya," ujarnya.

Ia mengatakan, dalam kondisi normal dan musim panas 10 buah pohon kelapa bisa menghasilkan 15 liter nira per harinya.

Dari 15 kilogram nira itu bisa diolah menjadi 4 kilogram gula merah. Namun saat musim hujan turun pengolahan itu turun sampai 50 persen. "Akibatnya gula yang dihasilkan juga turun 50 persen," katanya.

Sementara karena permintaan gula merah  menjelang Galungan meningkat, maka secara otomatis harga gula itu juga naik.

"Kalau saat ini bisa mencapai Rp15 ribu per kilogramnya, sedangkan kalau hari biasa hanya Rp12 ribu," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011