Bangli (Antara Bali) - Kematian ikan di Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, yang saat ini mencapai sekitar lima ton menyebabkan para petani di wilayah itu mengalami kerugian hingga miliaran.

"Dari jumlah ikan yang mati tersebut, petani diperkirakan rugi lebih dari satu miliar rupiah," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli Anak Agung Ngurah Samba, Kamis.

Ia mengatakan, kerugian itu menimpa 300 petani ikan yang tersebar di lima desa, yakni Buahan, Seked, Toya Bungkah, Songan dan Kedisan.

Ditanya mengenai ganti rugi kepada petani ikan, pihaknya mengaku tidak akan memberikan kompensasi atas an kematian ikan-ikan itu karena peristiwa tersebut merupakan fenomena alam.

"Saat ini kami masih melakukan analisis dan melaporkan ke pimpinan (Bupati Bangli), namun jika memang harus dibantu perlu ada kebijakan dari bupati," ujarnya.

Ia menyarankan, untuk menanggulangi agar ikan tidak terus mati, petani ikan hendaknya memindahkan ikan-ikan piaraannya ke daratan dengan kolam-kolam buatan.

Selain itu jika ada ikan yang memang sudah bisa dijual langsung dipasarkan saja.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Bangli I Gusti Ngurah Rai mengatakan, dengan adanya kontaminasi ikan di danau Batur sebaiknya jangan dikonsumsi dulu.

"Jika memang dugaan ikan mati akibat belerang sebaiknya jangan dimakan karena akan mengakibatkan iritasi pada lambung dan bisa mengakibatkan muntah-muntah," katanya.

Sementara informasi dari para pemilik rumah makan yang menyajikan ikan mujair khas Danau Batur mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan ikan.

Seperti di Rumah Makan Bagong dan Matsya Kencana yang sangat kesulitan mendapat pasokan.

"Biasanya kami menghabiskan 70-80 Kg ikan namun dengan kondisi ini paling banyak dapat 50 Kg saja. Mengenai harganya masih seperti dulu, yakni Rp17 ribu tiap kilonya," kata pemilik Rumah Makan Bagong, Wayan Sukarma.

Ia mengatakan, dirinya sudah melakukan sosialiasi kepada pelanggannya bahwasannya ikan yang dijualnya masih murni tanpa kontaminasi belerang.

"Ikan yang saya beli berupa ikan hidup dengan kondisi insang merah dan mata terang," ujarnya.

Salah seorang konsumen ikan, Marya, dari Denpasar mengakui rasa ikan mujai Batur masih seperti dulu tidak ada perbedaan.

"Sebagai konsumen kami inginnya harganya tetap walaupun stok langka dan pemerintah hendaknya membantu petani ikan agar segera pulih," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011