Singaraja (Antara Bali) - Kalangan masyarakat di wilayah Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, mengeluhkan mahalnya harga komoditas pasir yang menyentuh harga hingga Rp2,5 juta untuk satu truk.

"Sebelumnya harga pasir berkisar Rp1,3 juta sampai Rp1,4 juta. Saya tidak tahu kenapa tetap mahal, padahal status Gunung Agung sudah turun dari Awas ke Siaga," kata Made Mardika (30), salah satu warga Singaraja, Rabu.

Menurut dia, keadaan tersebut mengakibatkan dirinya harus menunda pembangunan rumah yang baru memasuki tahap awal proyek pengerjaan.

"Saya tunda karena biaya tinggi sekali kalau harga pasar segitu. Saya tunggu sampai harga pasir turun dulu, baru saya akan lanjutkan pembangunan lagi," terang dia.

Mardika mengaku cukup pusing dengan keadaan demikian terlebih ekonomi saat ini sedang sulit dan harga bahan bangunan yang semakin mahal saja.

Akhirnya, Mardika memilih membangun rumah sendiri karena ingin menghemat uang yang dimiliki.

"Sebelumnya memang ada ide membeli rumah BTN. Tapi karena kurang modal jadi bangun sendiri dengan perkiraan kedepan akan dilakukan secara bertahap," tutur dia.

Senada dengan itu, warga lainnya, Putu Ardi (27), mengaku terpaksa menunda pembangunan teras dan garase rumah BTN miliknya. "Awalnya nunda sampai status Gunung Agung turun. Saya kira harga pasir akan turun juga. Tapi ternyata tetap mahal." keluhnya.

Pihaknya berharap keadaan Gunung Agung di wilayah Kabupaten Karangasem segera membaik dan harga pasir di Bali kembali pada harga normal. (WDY)

Pewarta: Pewarta: IMB Andi Purnomo

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017