Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali mempunyai andil sebesar 104,67 persen selama bulan September 2017 atau meningkat 1,01 persen dibanding bulan sebelumnya (Agustus 2017) tercatat 103,62 persen.
"Kenaikan NTP tersebut dipicu oleh meningkat indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,62 persen dan indeks yang dibayar petani (Ib) turun 0,39 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, komoditas hasil perkebunan yang tercatat mengalami kenaikan harga, antara lain biji mete, kopi, kelapa dan tembakau.
Penurunan indeks yang dibayar petani akibat merosot harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga petani sebesar 0,54 persen, namun biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat 0,13 persen.
Sedangkan subsektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak perannya dalam membentuk NTP merosot 0,07 persen dari 114,55 persen pada Agustus 2017 menjadi 114,47 persen pada bulan September 2017.
Penurunan tersebut akibat merosot indeks harga yang diterima petani sebesar 0,30 persen serta indeks harga yang dibayar petani turun lebih kecil, yakni 0,23 persen.
Merosot indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh menurun harga pada kelompok ternak besar dan unggas masing-masing sebesar 0,89 persen dan 1,29 persen.
Adi Nugroho menambahkan, indeks harga kelompok ternak kecil dan hasil ternak mengalami peningkatan masing-masing 0,88 persen dan 1,97 persen.
Harga komoditas peternakan yang tercatat menurun, antara lain sapi potong, ayam ras pedaging, dan kambing.
Pada sisi lain menurun indeks harga yang dibayar dipengaruhi oleh merosot indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani sebesar 0,63 persen, meskipun biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,18 persen.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perkebunan dan peternakan merupakan dua subsektor dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali.
Kelima subsektor itu terdiri atas tiga subsektor mengalami kenaikan dan dua subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain subsektor perkebunan, juga subsektor tanaman pangan 1,78 persen dan subsektor perikanan 0,50 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan, selain subsektor peternakan juga subsektor hortikultura 0,36 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kenaikan NTP tersebut dipicu oleh meningkat indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,62 persen dan indeks yang dibayar petani (Ib) turun 0,39 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, komoditas hasil perkebunan yang tercatat mengalami kenaikan harga, antara lain biji mete, kopi, kelapa dan tembakau.
Penurunan indeks yang dibayar petani akibat merosot harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga petani sebesar 0,54 persen, namun biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat 0,13 persen.
Sedangkan subsektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak perannya dalam membentuk NTP merosot 0,07 persen dari 114,55 persen pada Agustus 2017 menjadi 114,47 persen pada bulan September 2017.
Penurunan tersebut akibat merosot indeks harga yang diterima petani sebesar 0,30 persen serta indeks harga yang dibayar petani turun lebih kecil, yakni 0,23 persen.
Merosot indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh menurun harga pada kelompok ternak besar dan unggas masing-masing sebesar 0,89 persen dan 1,29 persen.
Adi Nugroho menambahkan, indeks harga kelompok ternak kecil dan hasil ternak mengalami peningkatan masing-masing 0,88 persen dan 1,97 persen.
Harga komoditas peternakan yang tercatat menurun, antara lain sapi potong, ayam ras pedaging, dan kambing.
Pada sisi lain menurun indeks harga yang dibayar dipengaruhi oleh merosot indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani sebesar 0,63 persen, meskipun biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,18 persen.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perkebunan dan peternakan merupakan dua subsektor dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali.
Kelima subsektor itu terdiri atas tiga subsektor mengalami kenaikan dan dua subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain subsektor perkebunan, juga subsektor tanaman pangan 1,78 persen dan subsektor perikanan 0,50 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan, selain subsektor peternakan juga subsektor hortikultura 0,36 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017