Denpasar (Antara Bali) - Subsektor perikanan membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali andilnya meningkat sebesar 0,50 persen dari 106,48 persen pada bulan Agustus 2017 menjadi 107,01 persen pada bulan September 2017.
"Kenaikan peranan subsektor perikanan tersebut karena indeks harga yang diterima petani (It) menurun sebesar 0,30 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Kamis.
Namun indeks harga yang dibayar petani (Ib) menurun 0,80 persen lebih besar dari indeks harga yang diterima petani. Hal itu menyebabkan subsektor perikanan mengalami kenaikan 0,50 persen.
Subsektor perikanan meliputi kegiatan perikanan tangkap dan budi daya perikanan.
Penurunan indeks harga yang diterima petani itu akibat merosot harga komoditas perikanan kelompok tangkap 0,10 persen dan perikanan budi daya 0,80 persen.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas perikanan yang mengalami penurunan harga antara lain ikan tongkol, rumput laut, ikan lemuru, ikan mas, dan lele.
Sedangkan penurunan yang terjadi pada indeks harga yang dibayar petani akibat merosot harga pada indeks harga konsumsi rumah tangga petani sebesar 1,21 persen.
Sementara biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen.
Adi Nugroho menambahkan, Bali selama bulan Agustus 2017 mengekspor ikan dan udang sebesar 8,87 juta dolar AS, meningkat 410.270 dolar AS atau 4,85 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Juli 2018) tercatat 8,46 juta dolar AS.
Hasil pengapalan ikan dan udang tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya merosot hingga 1,15 juta dolar AS atau 11,48 persen, karena pada Agustus 2016 menghasilkan devisa sebesar 10,02 juta dolar AS.
Ekspor ikan dan udang tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 20,60 persen dari total ekspor Bali sebesar 43,07 juta dolar AS, meningkat 4,77 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 41,11 juta dolar AS.
Pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak pengapalan ikan dan udang dari Bali mencapai 37,48 persen, menyusul Jepang 18,76 persen, China 12,24 persen, dan Taiwan 8,87 persen.
Selain itu, juga diserap pasar Australia 4,29 persen, Singapura 1,41 persen, Jerman 1,89 persen, Belanda 0,54 persen, Prancis 1,76 persen, dan sisanya 7,03 persen ke berbagai negara lainnya di belahan dunia.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor perikanan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, terdiri atas tiga subsektor mengalami kenaikan dan dua subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain sektor perikanan adalah juga tanaman pangan yang terdiri atas padi dan palawija sebesar 1,78 persen serta tanaman perkebunan 1,01 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas subsetktor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak 0,07 persen dan subsektor hortikultura 0,36 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kenaikan peranan subsektor perikanan tersebut karena indeks harga yang diterima petani (It) menurun sebesar 0,30 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Kamis.
Namun indeks harga yang dibayar petani (Ib) menurun 0,80 persen lebih besar dari indeks harga yang diterima petani. Hal itu menyebabkan subsektor perikanan mengalami kenaikan 0,50 persen.
Subsektor perikanan meliputi kegiatan perikanan tangkap dan budi daya perikanan.
Penurunan indeks harga yang diterima petani itu akibat merosot harga komoditas perikanan kelompok tangkap 0,10 persen dan perikanan budi daya 0,80 persen.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas perikanan yang mengalami penurunan harga antara lain ikan tongkol, rumput laut, ikan lemuru, ikan mas, dan lele.
Sedangkan penurunan yang terjadi pada indeks harga yang dibayar petani akibat merosot harga pada indeks harga konsumsi rumah tangga petani sebesar 1,21 persen.
Sementara biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen.
Adi Nugroho menambahkan, Bali selama bulan Agustus 2017 mengekspor ikan dan udang sebesar 8,87 juta dolar AS, meningkat 410.270 dolar AS atau 4,85 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Juli 2018) tercatat 8,46 juta dolar AS.
Hasil pengapalan ikan dan udang tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya merosot hingga 1,15 juta dolar AS atau 11,48 persen, karena pada Agustus 2016 menghasilkan devisa sebesar 10,02 juta dolar AS.
Ekspor ikan dan udang tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 20,60 persen dari total ekspor Bali sebesar 43,07 juta dolar AS, meningkat 4,77 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 41,11 juta dolar AS.
Pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak pengapalan ikan dan udang dari Bali mencapai 37,48 persen, menyusul Jepang 18,76 persen, China 12,24 persen, dan Taiwan 8,87 persen.
Selain itu, juga diserap pasar Australia 4,29 persen, Singapura 1,41 persen, Jerman 1,89 persen, Belanda 0,54 persen, Prancis 1,76 persen, dan sisanya 7,03 persen ke berbagai negara lainnya di belahan dunia.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor perikanan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, terdiri atas tiga subsektor mengalami kenaikan dan dua subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain sektor perikanan adalah juga tanaman pangan yang terdiri atas padi dan palawija sebesar 1,78 persen serta tanaman perkebunan 1,01 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas subsetktor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak 0,07 persen dan subsektor hortikultura 0,36 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017