Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik mencatat Bali mengekspor berbagai jenis perhiasan senilai 6,45 juta dolar AS selama Agustus 2017 atau meningkat 1,63 juta dolar atau 33,85 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang 4,82 juta dolar.
"Jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya meningkat sebesar 1,48 juta dolar AS atau 29,90 persen, karena pada Agustus 2016 pengapalan aneka jenis perhiasan itu menghasilkan 4,97 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan aneka jenis perhiasan yang berbahan baku emas dan perak itu mampu memberikan kontribusi 15 persen dari total ekspor Bali sebesar 43,07 juta dolar AS selama Agustus 2017.
Nilai ekspor Bali tersebut meningkat 1,96 juta dolar AS atau 4,77 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 41,112 juta dolar AS.
Namun total ekspor Bali itu dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 2,40 juta dolar AS atau 5,02 persen, karena pada Agustus 2016 hanya mengantongi 40,664 juta dolar AS.
Adi Nugroho menjelaskan aneka jenis perhiasan yang dibuat dengan desain yang unik dan menarik sesuai selera konsumen mancanegara itu paling banyak menembus Amerika Serikat 27,08 persen, Singapura 19,29 persen, dan Australia 18,11 persen.
Usaha kerajinan skala rumah tangga dengan pusat di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar itu, juga menembus pasaran Hongkong 8,21 persen, Jerman 6,07 persen, Belanda 3,60 persen, Jepang 0,23 persen, Prancis 0,18 persen, dan Taiwan 0,10 persen.
Sisanya 30,12 persen menembus berbagai negara di belahan dunia, karena kerajinan berupa kalung, cincin, dan aneka jenis perhiasan lainnya diminati konsumen luar negeri.
Perajin emas dan perak di Bali umumnya telah menjalin kerja sama dengan mitra usaha di luar negeri, khususnya Amerika Serikat, Singapura, Australia, dan Hongkong yang memesan jenis mata dagangan tersebut secara berkesinambungan.
Kerajinan perhiasan perak dan emas merupakan salah satu dari 17 jenis usaha industri kerajinan skala rumah tangga yang berkembang pesat di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar dan desa-desa lainnya di Bali.
Di Desa tersebut sedikitnya terdapat 497 perajin perak dan emas yang setiap hari melakukan aktivitas, baik untuk memenuhi pesanan mitra kerjanya maupun untuk persediaan mata dagangan yang bernilai ekonomis tersebut.
Di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar sebelumnya telah berlangsung "Celuk Jewellery Festival 2017" selama tiga hari, 13-15 Oktober 2017, mengusung tema "Mahakarya Mustika Nusantara" menampilkan karya terbaik para seniman dan perajin desa setempat.
Menurut ketua panitia kegiatan tersebut, Ketut Widi Putra, kegiatan promosi tersebut melibatkan 68 peserta yang terdiri atas 24 usaha kecil dan menengah perhiasan, 24 warung kuliner, dan 20 peserta pameran aneka produk.
Kegiatan yang digelar secara berkesinambungan setiap tahun itu, ujarnya, sebagai ajang premosi dan penjualan hasil karya dan kreativitas masyarakat Desa Celuk dalam bentuk seni, kerajinan perak, kuliner, maupun busana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya meningkat sebesar 1,48 juta dolar AS atau 29,90 persen, karena pada Agustus 2016 pengapalan aneka jenis perhiasan itu menghasilkan 4,97 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan aneka jenis perhiasan yang berbahan baku emas dan perak itu mampu memberikan kontribusi 15 persen dari total ekspor Bali sebesar 43,07 juta dolar AS selama Agustus 2017.
Nilai ekspor Bali tersebut meningkat 1,96 juta dolar AS atau 4,77 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 41,112 juta dolar AS.
Namun total ekspor Bali itu dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 2,40 juta dolar AS atau 5,02 persen, karena pada Agustus 2016 hanya mengantongi 40,664 juta dolar AS.
Adi Nugroho menjelaskan aneka jenis perhiasan yang dibuat dengan desain yang unik dan menarik sesuai selera konsumen mancanegara itu paling banyak menembus Amerika Serikat 27,08 persen, Singapura 19,29 persen, dan Australia 18,11 persen.
Usaha kerajinan skala rumah tangga dengan pusat di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar itu, juga menembus pasaran Hongkong 8,21 persen, Jerman 6,07 persen, Belanda 3,60 persen, Jepang 0,23 persen, Prancis 0,18 persen, dan Taiwan 0,10 persen.
Sisanya 30,12 persen menembus berbagai negara di belahan dunia, karena kerajinan berupa kalung, cincin, dan aneka jenis perhiasan lainnya diminati konsumen luar negeri.
Perajin emas dan perak di Bali umumnya telah menjalin kerja sama dengan mitra usaha di luar negeri, khususnya Amerika Serikat, Singapura, Australia, dan Hongkong yang memesan jenis mata dagangan tersebut secara berkesinambungan.
Kerajinan perhiasan perak dan emas merupakan salah satu dari 17 jenis usaha industri kerajinan skala rumah tangga yang berkembang pesat di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar dan desa-desa lainnya di Bali.
Di Desa tersebut sedikitnya terdapat 497 perajin perak dan emas yang setiap hari melakukan aktivitas, baik untuk memenuhi pesanan mitra kerjanya maupun untuk persediaan mata dagangan yang bernilai ekonomis tersebut.
Di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar sebelumnya telah berlangsung "Celuk Jewellery Festival 2017" selama tiga hari, 13-15 Oktober 2017, mengusung tema "Mahakarya Mustika Nusantara" menampilkan karya terbaik para seniman dan perajin desa setempat.
Menurut ketua panitia kegiatan tersebut, Ketut Widi Putra, kegiatan promosi tersebut melibatkan 68 peserta yang terdiri atas 24 usaha kecil dan menengah perhiasan, 24 warung kuliner, dan 20 peserta pameran aneka produk.
Kegiatan yang digelar secara berkesinambungan setiap tahun itu, ujarnya, sebagai ajang premosi dan penjualan hasil karya dan kreativitas masyarakat Desa Celuk dalam bentuk seni, kerajinan perak, kuliner, maupun busana. (WDY)
Video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017