Nusa Dua (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika berpandangan perkembangan teknologi saat ini yang semuanya serba digital membawa dampak positif bagi masyarakat, sekaligus bisa menjadi ancaman serius bagi kerukunan umat beragama.

"Bisa kita lihat di media sosial, bayangkan saja kalau ada oknum yang membuat berita `hoax` tentang SARA kemudian di-share (disebar) di media sosial yang bisa diakses setiap orang dimana pun dan kapan pun," kata Pastika saat menjadi pembicara utama pada acara Musyawarah Antar- Umat Beragama, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Sabtu.

Menurut dia, berita bohong tentang SARA yang disebarkan di media sosial bisa memicu berbagai opini yang bisa saja menyebabkan hancurnya kerukunan beragama. "Itulah dampak dari perkembangan teknologi tersebut yang wajib kita perhatikan," ujarnya.

Pastika menilai, hal tersebut sengaja dilakukan untuk merusak generasi muda saat ini, mengingat penggunaan terbanyak media sosial adalah generasi muda.

"Kalau kita yang sudah tua-tua ini mungkin susah untuk terpengaruh, tetapi anak-anak muda itu, walaupun tidak semua yang terpengaruh dan pengaruhnya bisa berdampak yang sangat masif," ucapnya pada acara yang digelar oleh Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Bali itu.

Oleh karena itu, Pastika sangat mengharapkan agar pemahaman tentang kerukunan beragama di kalangan generasi muda harus benar-benar dikembangkan guna tetap menjaga harmonisnya hubungn antar-umat beragama di Indoensia khususnya di Bali.

Selain perkembangan teknologi, terdapat ancaman lain yang perlu diperhatikan dan dibahas dalam musyawarah tersebut yakni, politik identitas dan juga permasalahan ekonomi.

Penghayatan dan pengamalan Pancasila secara konsisten merupakan salah satu solusi terbaik dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama.

Orang nomor satu di Bali itu juga menekankan kepada para pemangku kepentingan maupun masyarakat agar dalam menyelesaikan permasalahan, harus mengutamakan budaya dialog.

Masyarakat Bali yang mengenal istilah "menyama braya" atau persaudaraan juga harus dijadikan pedoman dan panduan dalam menyelesaikan permasalahan.

Sementara itu Ketua Panitia Musda FKUB I Gede Nurjaya mengatakan bahwa Musda yang mengambil tema "Merawat Kerukunan Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama, Bermasyarakat dan Bernegara" akan digelar selama dua hari yakni 14 dan 15 Oktober 2017, yang diikuti oleh 70 orang peserta dari FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Bali, ditambah perwakilan pemerintah provinsi dan kabupaten/Kota.

Musyawarah itu, lanjut dia, bertujuan membahas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan.

"Dengan saling memahami antar-umat beragama dalam masyarakat yang heterogen, maka perbedaan yang ada itu akan dapat dijadikan sebagai pendukung dalam membina semangat kebersamaan," kata Nurjaya.

Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Gubernur Pastika yang ditandai dengan pemukulan gong sebanyak lima kali yang merupakan simbol dari Pancasila. (*)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017