Mangupura (Antara Bali) - Dinas Perikanan Kabupaten Badung, Bali, telah memberikan pelatihan kepada 30 peternak ikan air tawar di daerahnya agar mampu membuat kolam budidaya ikan lele secara massal dengan metode bioflok yang sangat menguntungkan.

"Kami sudah melatih para peternak ikan air tawar ini agar mampu mengembangkan budidaya ikan lele dengan sistem yang mudah dan menguntungkan dengan metode bioflok," kata Kadis Perikanan Badung, Putu Oka Swadiana, saat dihubungi di Mangupura, Jumat.

Pelatihan pembuatan bak-bak ikan dengan metode bioflok ini, diakuinya difasilitasi penuh Dinas Perikanan Kabupaten Badung agar para pembudidaya ikan air tawar di Badung ini ke depannya mampu secara mandiri membuat kolam ikan dengan sistem ini.

Oka Swandiana mengklaim, pengembangan budidaya ikan lele dengan metode ini sudah pernah dilakukan dengan dengan skala rumah tangga yang telah dilakukan salah satu kelompok pembudidaya ikan di Banjra Uma Alas, Kuta Utara, Badung yang diketuai I Made Karpa.

Pihaknya mengklaim, perkembangannya budidaya lele skala rumah tangga ini sudah sangat baik, sehingga metode ini akan dikembangkan secara besar untuk para pembudidaya ikan air tawar diempat kecamatan yang ada di daerah itu.

"Kami melihat pertumbuhan ikan lele metode bioflok ini sudah sangat baik dan minggu depan sudah dapat dipanen," ujarnya.

Ia menambahkan, 30 orang petani ikan ini berasal dari empat kecamatan seperti Petang, Abiansemal, Mengwi dan Kuta Utara diberikan pelatihan budidaya ikan dengan metode ini agar dapat merintis jejak para pembudidaya ikan lele skala rumah tangga ini.

Swandiana mengharapkan, dengan melatih 30 pembudidaya ikan air tawar ini dapat mengembangkan secara massal sistem ini, karena teknologinya sangat sederhana dan dana yang diperlukan memadai.

"Apabila metode ini sudah berkembang secara massal, maka ikan lele yang didatangkan dari luar Bali dapat dikurangi masuk ke Pulau Dewata umumnya dan Badung khususnya. Bila perlu distribusinya ikan lele dari luar Bali ini distop jika sudah terpenuhi di Badung," ujarnya.

Ia mengatakan, budidaya ikan lele dengan metode bioflok ini memiliki keuntungan sangat banyak yakni, tidak memerlukan lahan luas, budidaya ikan dengan sistem ini lebih irit dalam pemberian makanan buatan dan sistem ini dapat dikembangkan di pekarangan rumah untuk lebih optimal dalam pengawasannya.

Selain itu, metode ini panen ikan lele lebih cepat dilakukan dibandingkan pada penebaran ikan di kolam-kolam pada umumnya. "Saya contohkan, kalau budidaya ikan lele di kolam pada umunya hanya bisa menampung 200 ekor per meter persegi, namun dengan sistem bioflok ini dapat menampung 1.000 ekor ikan per meter perseginya," katanya.

Terkait pelaksanaan budidaya ikan lele secara massal dengan sistem ini, Dinas Perikanan Badung akan mengajukan permohonan bantuan anggaran ke pusat melalui Kementerian Perikanan dan Kelautan.

"Kami akan memotivasi para petani di Badung untuk membuat kelompok petani ikan lele yang berbadan hukum dari notaris," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Surya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017