Karangasem (Antara Bali) - Gubernur Bali I Made Mangku Pastika bersembahyang memohon keselamatan dan kedamaian di Pura Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Kabupaten Karangasem terkait Gunung Agung berstatus Awas.
"`Purnama Kapat` merupakan hari yang disucikan bagi umat Hindu di Pulau Dewata dan sekaranglah momentum tepat memohon keselamatan dan kedamaian," kata Gubernur Pastika usai melakukan prosesi persembahyangan di Pura Penataran Agung Besakih, Kamis.
Menurut kalender Bali purnama pada bulan keempat diperingati begitu meriah dengan pelaksanaan ritual keagamaan lengkap dengan sarana banten yang dihaturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasinya.
Pastika mengungkapkan momentum tersebut juga digunakan sebagai wujud bhakti kepada Tuhan di tengah keadaan yang terjadi saat ini dimana ratusan ribu masyarakat Bali tengah berada di pengungsian akibat meningkatknya aktivitas vulkanik Gunung Agung.
"Tentu saja meskipun wilayah ini (Besakih) masuk zona merah, tetapi dengan ketulusan hati mudah-mudahan Tuhan dapat mengabulkan apa yang kita doakan," terang Pastika.
Sementara itu, persembahyangan pada Purnama Kapat di Pura Besakih sebagai Pura terbesar di Pulau Dewata hanya diikuti ratusan orang saja yang merupakan warga sekitar yang kebetulan mengungsi namun lokasinya tidak terlalu jauh. Ritual sendiri dipimpin oleh Sulinggih atau orang suci dari Siwa Budha.
Selain ritual persembahyangan bersama, sebelumnya juga dilaksanaka prosesi pecaruan (kurban) di areal Pura dengan melibatkan beberapa pemangku (petugas ritual) dan juga warga lokal.
Selain pelaksanaan ritual di Pura Besakih, seluruh Pura di Bali juga melaksanakan persembahyangan bersama pada (5/10) sesuai edaran Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"`Purnama Kapat` merupakan hari yang disucikan bagi umat Hindu di Pulau Dewata dan sekaranglah momentum tepat memohon keselamatan dan kedamaian," kata Gubernur Pastika usai melakukan prosesi persembahyangan di Pura Penataran Agung Besakih, Kamis.
Menurut kalender Bali purnama pada bulan keempat diperingati begitu meriah dengan pelaksanaan ritual keagamaan lengkap dengan sarana banten yang dihaturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasinya.
Pastika mengungkapkan momentum tersebut juga digunakan sebagai wujud bhakti kepada Tuhan di tengah keadaan yang terjadi saat ini dimana ratusan ribu masyarakat Bali tengah berada di pengungsian akibat meningkatknya aktivitas vulkanik Gunung Agung.
"Tentu saja meskipun wilayah ini (Besakih) masuk zona merah, tetapi dengan ketulusan hati mudah-mudahan Tuhan dapat mengabulkan apa yang kita doakan," terang Pastika.
Sementara itu, persembahyangan pada Purnama Kapat di Pura Besakih sebagai Pura terbesar di Pulau Dewata hanya diikuti ratusan orang saja yang merupakan warga sekitar yang kebetulan mengungsi namun lokasinya tidak terlalu jauh. Ritual sendiri dipimpin oleh Sulinggih atau orang suci dari Siwa Budha.
Selain ritual persembahyangan bersama, sebelumnya juga dilaksanaka prosesi pecaruan (kurban) di areal Pura dengan melibatkan beberapa pemangku (petugas ritual) dan juga warga lokal.
Selain pelaksanaan ritual di Pura Besakih, seluruh Pura di Bali juga melaksanakan persembahyangan bersama pada (5/10) sesuai edaran Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017