Denpasar (Antara Bali) - Pendiri Relawan Koalisi Organisasi Sosial dan Eksponen Masyarakat Bali (Kordem) mengunjungi sedikitnya 15 ribu warga pengungsi, dan memberikan sumbangan di sebelas titik pengungsian Gunung Agung.

Pendiri Relawan Kordem I Wayan Sudirta SH di Denpasar, Senin, mengatakan pihaknya menyambangi ribuan pengungsi Karangasem di 11 titik pengungsian, yakni di GOR Suwecapura Kabupaten Klungkung, beberapa lokasi di Kecamatan Rendang, Sidemen, Bebandem dan Kecamatan Abang (Karangasem).

Dalam kunjungan tersebut, Sudirta menyerahkan sebanyak 30.528 sabun mandi kepada 15.132 orang pengungsi, masing-masing dialokasikan dua biji dan didistribusikan melalui koordinator pengungsi bekerja sama dengan relawan lain di lokasi pengungsian.

Koordinator Relawan Peduli Gunung Agung (KPGA) Putu Wirata Dwikora menyatakan, Kordem telah membeli sabun mandi seharga Rp76.320.000. Semua sumbangan tersebut seluruhnya swadaya dari Kordem.

Tiap kali turun di lokasi pengungsian, Sudirta disambut hangat oleh pengungsi, mulai dari anak-anak sekolah yang diberi dorongan semangat, walaupun di pengungsian, harus tetap semangat untuk belajar, apalagi pemerintah telah menyalurkan dengan baik anak-anak sekolah ke sekolah terdekat.

"Saya pernah jadi pengungsi, waktu Gunung Agung meletus tahun 1963. Waktu itu keadaannya serba kurang. Sekarang ini beda, semangat `menyamabraya semeton` (persaudaraan) Bali luar biasa. warga Banjar menerima pengungsi di bale-bale banjar, yang lain mengirim sembako dan sayuran ke lokasi pengungsian, dan luar biasanya stoknya melimpah," kata Sudirta yang juga mantan anggota DPD-RI itu.

Ia megingatkan, kepada para orang tua pengungsi pertama-tama harus mengutamakan keselamatan nyawa. Karena kondisi status level IV (Awas) Gunung Agung sejak ditetapkan pada Jumat (22/9) malam, oleh PVMBG Badan Geologi, Kementerian ESDM.

"Para pengungsi harus mengikuti apa yang diarahkan pemerintah dan aparat berwenang tersebut. Karena keselamatan jiwa menjadi perhatian utama dalam

Sudirta juga berbagi cerita, ketika selama mengungsi tahun 1963 itu, ibunya Ni Luh Ronce yang kini sudah almarhum menasihatkan, dirinya harus sekolah apapun kondisinya, karena sepertinya almarhum yakin pendidikanlah yang akan menjawab berbagai masalah kehidupan.

Ucapan ibunya ternyata benar, karena sebagian besar dari saudara Sudirta yang berjumlah 24 orang itu, berhasil memperbaiki kehidupan keluarganya.

"Kalau perlu menengok ternak yang tertinggal, cukup yang laki-laki saja dan jangan lama-lama. Segera balik ke lokasi pengungsian. Karena kita tidak pernah tahu kapan gunungnya meletus. Kalau nyawa sudah selamat, harta bisa dicari lagi," ucapnya.

Nasihat Sudirta itu membuat anak-anak sekolah sangat antusias dan berebutan menyalami senator asal Bali dua periode di Senayan-Jakarta. Beberapa bahkan minta "selfie" (swafoto) dengan lelaki yang juga advokat senior tersebut.

Koordinator Relawan KPGA, Putu Wirata Dwikora menambahkan, relawan telah dilengkapi struktur dari Provinsi Bali, kabupaten dan khusus di Karangasem dibentuk sampai kecamatan dan desa.

Adapun programnya, selain menyampaikan sumbangan barang, relawan KPAG siap melakukan pemberdayaan warga yang mengungsi, memfasilitasi dan menginformasikan hal yang perlu ke pihak yang berwenang, serta mendampingi penyampaian sumbangan donatur yang perlu didampingi, karena Relawan KPAG tidak mengumpulkan sumbangan.

"Kami siap mendampingi penyalurannya, agar para donatur bisa bertemu langsung dengan warga yang membutuhkan, selain untuk transparansi juga untuk menumbuhkan semangat persaudaraan di antara warga masyarakat," ujar Putu Wirata.

Selama berkunjung di lokasi pengungsian, Wirata mengatakan ada ratusan anak-anak sekolah yang akan sangat senang bila ada donatur menyerahan buku tulis, pelatihan menggambar, dan perlengkapan sekolah lainnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017