Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah perbankan di Bali menyiapkan langkah antisipatif yang menekankan pendekatan kemanusiaan khususnya kepada debitur yang mengungsi atau menghentikan kegiatan usahanya karena status darurat Gunung Agung di Kabupaten Karangasem.

 "Kami tentunya melakukan pendekatan dulu sejauh mana mereka terdampak atas kejadian ini," kata Pemimpin Wilayah BRI Denpasar Dedi Sunardi ketika menghadiri pertemuan perbankan dengan awak media di kantor Bank Indonesia di Denpasar, Kamis. 

 Menurut Dedi, langkah selanjutnya yakni restrukturisasi kredit seperti penjadwalan ulang, penundaan pembayaran pokok hingga keringanan bunga berdasarkan kondisi masing-masing debitur. 

 Bank BUMN itu telah mengamankan aset dan mengalihkan ke unit terdekat seperti di Kabupaten Klungkung.

 Senada dengan Dedi, Pemimpin BNI Wilayah Bali, NTB dan NTT Putu Bagus Kresna ditemui dalam kesempatan yang sama mengatakan pihaknya akan melihat kemampuan dan kemauan bayar dari debitur tersebut. 

 Menurut Kresna, jika kemampuan bayar debitur hilang karena bencana alam Gunung Agung, berdasarkan pengalamannya maka kredit bisa dihapuskan. 

 Namun jika kemampuan bayar terganggu dalam waktu sementara dan diperkirakan akan kembali normal maka pihaknya dapat melakukan restrukturisasi atau jadwal ulang kredit. 

 "Biasanya kemauan bayar orang Bali itu sangat tinggi," ucap Kresna. 

 Kresna menambahkan sebagian besar debitur bank itu di Karangasem bergerak di sektor perdagangan dan pariwisata dengan nilai kredit di atas Rp1 miliar.

 Pihaknya memiliki satu kantor cabang pembantu di Amlapura Karangasem yang turut ditutup setelah pemerintah menaikkan status awas Gunung Agung.

 Baik aset dan pegawai, lanjut Kresna, juga telah dialihkan ke unit lain yang jauh dari kawasan rawan bencana. 

 Sementara itu Regional CEO Bank Mandiri wilayah Bali dan Nusa Tenggara R Erwan Djoko Hermawan mengatakan dalam kondisi darurat Gunung Agung ini pihaknya tidak mengukur rugi laba, termasuk tidak menagih kredit agar hidup debitur yang tengah mengungsi tidak terganggu.

 "Analisa saya belakangan. Kami beri bantuan dulu, urusan kredit belakangan," ucapnya. Menurut Erwan, apabila terjadi tunggakan, hal tersebut bukan karena keinginan debitur namun karena kondisi bencana alam.

 "Nasabah di sana (Karangasem) bagus-bagus. Ini hanya karena bencana, biasanya kami gunakan sistem bisnis mereka, jadi kemampuan mereka kami ikuti saja," ucapnya. (Dwa) 

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017