Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan Provinsi Bali akan lebih selektif memilih sanggar-sanggar seni yang berhak untuk tampil dalam Pesta Kesenian Bali ke-40, yang dijadwalkan berlangsung dari 16 Juni-14 Juli 2018.

"Kami akan lebih selektif, supaya tidak ada lagi sanggar ataupun seniman yang sampai tampil berkali-kali dalam Pesta Kesenian Bali, seperti halnya sempat terjadi pada PKB tahun ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha saat memimpin rapat persiapan PKB 2018, di Denpasar, Jumat.

Pihaknya menyayangkan terjadi seniman maupun sanggar yang tampil lebih dari sekali dalam ajang PKB. Menurut dia, penyebabnya karena kemungkinan sebelumnya sanggar tersebut sudah ditunjuk oleh kabupaten/kota untuk mewakili daerahnya.

Hanya saja, kemudian sanggar yang sama kembali mengajukan permohonan ke Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. "Bisa saja satu orang membuat lebih dari satu sanggar, kemudian dengan nama sanggar yang berbeda ini diajukan, padahal pemilik maupun pemainnya sama," ucapnya pada rapat yang dihadiri perwakilan Disbud Kabupaten/Kota se-Bali itu.

Oleh karena itu, untuk pelaksanaan PKB mendatang, setiap sanggar seni yang mengajukan permohonan tampil di Taman Budaya Provinsi Bali itu harus melengkapi nama sanggar, nama pemilik, alamat yang jelas, hingga nama-nama seniman yang akan pentas dalam ajang seni tahunan itu.

"Mudah-mudahan dengan pembahasan yang lebih awal, persiapan dan pelaksanaannya akan jauh lebih baik dan akan dilanjutkan penyiapan kriteria lebih awal. Setelah rapat ini, kami juga akan membagi tugas untuk penyiapan kriteria per item materi," ujar Dewa Beratha.

PKB tahun mendatang yang akan mengangkat tema "Teja Dharmaning Koripan: Api Spirit Penciptaan", diharapkan setiap kabupaten/kota dapat menampilkan puncak-puncak kesenian yang adiluhung.

"Jadi betul-betul seniman menonjolkan teknik menarinya dan mengurangi penggunaan properti. Misalnya kalau mau menampilkan tentang api, bagaimana agar orang menari yang bisa menggambarkan seperti api. Kalau menampilkan tokoh yang terbang, bukan lantas senimannya yang digantung kemudian ditarik naik-turun," kata Dewa Beratha.

Sementara itu, budayawan dan juga tim kurator PKB 2018 Prof Dr I Wayan Dibia mengatakan penggunaan properti yang berlebihan saat pentas di PKB juga berdampak pada biaya yang diperlukan semakin tinggi dan justru menggerogoti kualitas penari.

"Misalnya untuk menggambarkan keadaan hutan itu tidak perlu penarinya membawa pohon, justru bisa terjadi anggapan ini penampilan seni tari ataukah karnaval," ujarnya.

Dibia pun sangat mengharapkan agar Disbud Kabupaten/Kota se-Bali memperhatikan setiap pemain yang tampil agar tidak muncul orang sama.

"Jangan sampai pula menggunakan penggarap yang sama apalagi sampai ke luar daerahnya, karena justru akan mengaburkan identitas dari kesenian asalnya," ucapnya.

Di sisi lain, jika menggunakan penggarap dari daerah sendiri, mereka juga akan merasa lebih dihargai, di samping gaya seni dan ciri khas setiap daerah akan lebih terjaga. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017