Denpasar (Antara Bali) - Universitas Udayana Denpasar, Bali bekerja sama dengan Yamaguci University Jepang dan JICA melakukan uji coba pemanfaatan teknologi "selimut lahan" di kaki Gunung Batur Kintamani, Kabupaten Bangli

"Hal itu dilakukan sejak beberapa tahun belakangan ini di lahan kritis karena minimnya vegetasi akibat penebangan pohon yang berlebih di kawasan hutan lindung," kata guru besar Universitas Yamaguci, Jepang, Prof Takuya Marumoto dalam siaran pers yang diterima Antara di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan hal itu ketika tampil sebagai pembicara utama pada "International Conference Bioscience and Biotechnology-ICCB" ke-8 di Kampus Unud, Denpasar, Kamis (14/9).

Uji coba pemanfaatan teknologi tersebut, mengingat bencana tanah longsor dan kekeringan mengancam sebagian kawasan pengunungan dengan lereng yang kemiringannya lebih dari 60 persen.

Takuya Marumoto menjelaskan uji coba pemanfaatan "selimut lahan" cukup berhasil untuk menahan tanah di kawasan rawan erosi.

Dalam setahun sekitar 15 centimeter tanah subur berhasil ditahan oleh "selimut lahan" dan ditumbuhi vegetasi. "Selimut lahan" terbuat dari bahan yang dapat terurai, seperti sabut kelapa atau jerami.

Guru besar Unud Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan selaku tim peneliti, menambahkan "selimut lahan" berupa jaring (net) yang dipasang di tanah di dalamnya ada semacam serbuk untuk menyerap air.

Selimut itu memiliki banyak fungsi sehingga teknologi tersebut dinamakan "multi functional sheet" atau "soil protection sheet".

Selain berfungsi menahan lapisan humus yang larut terbawa musim hujan, juga dapat sebagai media tumbuh.

Wirawan menjelaskan makin lama bahan itu terurai, maka akan makin bagus, karena bisa membuat lapisan tanah subur lebih tebal dan tumbuhan menjadi makin besar.

Kerja sama penelitian tersebut berlangsung selama empat tahun, 2012-2016 dengan melakukan uji coba di tiga lokasi (site) di areal Gunung Batur dengan luas areal yang ditutupi sekitar 80 are.

Wirawan menekankan teknologi tersebut dijual senilai Rp420/m2, dan sasaran pemanfaatannya tidak kepada petani, namun perusahaan besar dan pemerintah.

Teknologi itu kini sudah dipasang di Jalan Trans Sumatra, Tol Cikampek, dan di Timor Leste. Selimut itu diterapkan di kawasan pembukaan lahan baru, seperti pembangunan jalan, sehingga pada tebing-tebing tinggi bisa dipasang untuk merangsang tumbuhnya vegetasi baru.

Pembicara lainnya dari Filipina Dr. Inez S. Loedin menyampaikan hasil penelitiannya mengenai modifikasi gen tanaman, hewan, dan juga manusia untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Untuk tanaman padi agar tahan terhadap hama wereng atau tungro maka gen tanaman padi itu perlu "diedit", sel-sel yang merangsang tungro dihilangkan, sehingga padi terbebas dari penyakit tersebut.

Pada manusia juga bisa diterapkan untuk mengatasi tumor.

Inez selaku peneliti di IRRI Filipina, lembaga penelitian terkait penggembangan benih padi, menegaskan dengan teknologi "genom editing" itu, pihaknya telah menghasilkan beras warna kuning yang mengandung vitamin A.

Beras itu direkomendasikan untuk dikonsumsi anak-anak yang tidak suka makan sayur mayur.

Ketua Panitia ICBB ke-8 Dr. Ir. IDP Oka Suardi, MSi mengatakan kegiatan tersebut melibatkan 103 peserta, 68 peserta di antaranya menyampaikan kertas kerja secara oral dan 31 peserta mempresentasikan hasil penelitian melalui poster.

Konferensi sebagai ajang tukar menukar informasi hasil penelitian bidang bioscience dan ciotechnology sekaligus dirangkai dengan HUT Ke-50 Fakultas Pertanian dan Perayaan Dies Natalis Unud pada 29 September 2017. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017