Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mempertanyakan efektivitas dari pelaksanaan berbagai festival yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Dana penyelenggaraan yang cukup besar yang bersumber dari APBD harus dipastikan berkontribusi signifikan bagi pengentasan kemiskinan," kata Pastika saat menyampaikan sambutan pada Pelantikan Bupati dan Wabup Buleleng masa jabatan 2017-2022, di Denpasar, Minggu.

Menurut dia, evaluasi setiap program pembangunan menjadi sangat penting. Hal ini mengingat Buleleng sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak dan kemiskinan yang tinggi, maka persentase kemiskinan di sana akan berpengaruh paling signifikan bagi persentase kemiskinan di Bali.

Oleh karena itu, bagi Pastika, segala upaya dan program harus diarahkan bermuara pada pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas SDM untuk pembangunan jangka panjang.

"Memang untuk mempromosikan daerah, festival itu perlu, tetapi seberapa besar hasilnya dibandingkan biayanya, coba kita hitung. Saya bukannya apa-apa, bagus saja festival itu, saya puji, saya beri apresiasi terhadap penyelenggaraan banyak festival," ujarnya.

Namun, orang nomor satu di Bali itu juga mengingatkan bahwa program pembangunan yang dilaksanakan Pemkab Buleleng harus dalam koridor RPJMD Bali dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Pastika tidak mempermasalahkan jika berbagai festival digelar oleh kabupaten/kota, yang pendapatannya besar. "Kalau kaya silakan saja, duitnya banyak. Tetapi kalau sudah miskin pesta melulu `kan habis duitnya," ucapnya sembari mengatakan lebih baik jika uang dari rakyat digunakan untuk menyekolahkan anak yang putus sekolah.

Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menanggapi sorotan tersebut mengatakan tergantung dari sudut pandang mana festival itu dilihat.

"Kalau kita melihat berbagai persoalan sudut pandangnya beda-beda, ada yang anglenya dari ketinggian satu kilometer, ada yang bisa dilihat dari 500 meter misalnya, tentu berbeda-beda. Ketika aspek yang secara langsung dilihat masyarakat, belum tentu dilihat dari dari satu kilometer misalnya," ujarnya.

Menurut dia, jangan dilihat unsur "wahnya" saja festival yang telah digelar seperti halnya Festival Buleleng. "Hanya dengan biaya Rp500 juta, kami bisa membuat Buleleng Festival, dibandingkan festival lain yang biayanya bisa lebih besar. Ini kan dilihat wahnya saja, padahal kami banyak pakai sponsor," ucapnya.

Bupati yang menduduki jabatan periode keduanya itu berpandangan dengan pelaksanaan berbagai festival tersebut sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan di sektor industri pariwisata. "Ketika Buleleng dikembangkan ke depan pada sektor jasa, terutama pariwisata, harus ada atraksi," katanya.

Oleh karena itu, Suradnyana mengajak untuk melihat pelaksanaan berbagai festival secara bijaksana dan lebih objektif. "Mungkin masyarakat Buleleng segelintir saja yang tidak suka, dan sudut pandang subjektif dan banyak politiknya. Mari kita lihat secara objektif," ujarnya.

Selama ini, sejumlah festival yang rutin yang digelar Pemkab Buleleng seperti Buleleng Festival, Festival Danau Kembar, Buleleng Bali Dive Festival, Lovina Festival, dan sebagainya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017