Denpasar (Antara Bali) - PT Jasa Marga Bali Tol memberlakukan transaksi nontunai menyeluruh secara bertahap pada September 2017 sebelum pemberlakuan resmi yang rencananya mulai 1 Oktober 2017.

"Tol Bali Mandara siap menerapkan transaksi nontunai karena sejak beroperasi, seluruh gardu tol sudah bisa melayani transaksi nontunai 100 persen," kata Direktur Utama PT Jasa Marga Bali Tol Akhmad Tito Karim dalam sosialisasi implementasi elektronifikasi tol bersama Bank Indonesia di Denpasar, Selasa.

Saat ini, kata dia, ada 11 gardu tol yang dapat digunakan transaksi uang elektronik atau otomatis dan rencananya memasuki Oktober 2017 seluruh gardu tol sebanyak 20 unit sudah otomatis (uang elektronik).

Meski demikian, Akhmad menilai suksesnya penerapan tol nontunai tidak tergantung pada pengelola tetapi juga peran serta masyarakat dan perbankan sebagai penerbit uang elektronik.

Saat ini, lanjut dia, uang elektronik yang sudah digunakan di tol yang dibangun di atas perairan tersebut yakni e-money toll Bank Mandiri, Brizzi BRI, Tapcash BNI, BPD Bali dan Blink BTN.

Sedangkan untuk Flazz BCA dan Mega Cash Bank Mega sedang dalam tahap proses pemasangan serta beberapa bank swasta juga masih dalam proses.

Penggunaan transaksi uang elektronik (nontunai), lanjut Akhmad, akan mempercepat pelayanan di tol sepanjang sekitar 12,7 kilometer itu hanya memerlukan waktu sekitar dua detik, lebih cepat dibandingkan pembayaran tunai yang memerlukan waktu 15-20 detik.

Meski transaksi nontunai sudah berlaku di tol yang dibangun sepenuhnya dari anak negeri itu sejak September 2013, namun jumlah transaksi elektronik di tol tersebut hingga saat ini baru mencapai 14 persen dari rata-rata volume lalu lintas per hari mencapai 52 ribu.

Padahal, lanjut dia, pembayaran dengan uang elektronik dapat memperlancar lalu lintas sehingga mengurai antrean panjang pembayaran ketika menggunakan tunai di tol.

Akhmad mengharapkan perbankan mengoptimalkan pelayanan untuk uang elektronik termasuk sosialisasi hingga mekanise isi ulang kartu elektronik yang lebih menjangkau masyarakat.

"Kami harapkan bank penerbit uang elektronik mungkin dijual di sekitar tol," ucapnya seraya menambahkan beberapa bank saat ini sudah menyediakan fasilitas isi ulang langsung di gerbang tol.

Sementara itu Deputi kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Azka Subhan mengakui penetrasi penggunaan uang elektronik di Tol Bali Mandara masih relatif rendah yakni rata-rata sekitar 13 persen, lebih rendah dibandingkan penetrasi nontunai di tol secara nasional mencapai sekitar 23 persen.

BI, lanjut dia, membuka seluas-luasnya partisipasi bank dalam penyelenggaraan transaksi nontunai sehingga masyarakat akan semakin dimudahkan mendapatkan uang elektronik dan mengisi ulang termasuk mengintensifkan sosialisasi.

Pemerintah mencanangkan gerakan nontunai (GNNT) sejak tahun 2014 untuk memudahkan transaksi keuangan yang lebih mudah, aman dan efisien.

Sejalan dengan GNNT itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Bank Indonesia menyepakati kerja sama meningkatkan elektronifikasi di tol pada 31 Mei 2017.

Kerja sama itu akan menjadi tahap awal menuju penerapan pembayaran tol tanpa henti atau "Multi Lane Free Flow" sehingga pengguna jasa tol tidak harus menghentikan kendaraan di gerbang tol.

Transaksi nontunai atau uang elektronik nasional saat ini baru sebesar 23 persen dari lalu lintas harian rata-rata sekitar 4,5 juta kendaraan per hari.

Pemerintah menargetkan Oktober 2017 seluruh ruas tol di seluruh Indonesia menggunakan transaksi nontunai. (WDY/Dwa)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017