Denpasar (Antara Bali) - Perdesaan (wilayah/kawasan pedesaan) di Bali mengalami deflasi sebesar 0,12 persen pada bulan Juli 2017, meski bulan sebelumnya mengalami inflasi 0,02 persen.

"Secara nasional, wilayah pedesaan mengalami inflasi sebesar 0,15 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.

Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, katanya, tercatat 26 provinsi di antaranya mengalami inflasi dan tujuh provinsi mengalami deflasi.

Inflsi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 1,59 persen dan terendah di Pulau Papua hanya 0,01 persen.

Untuk tujuh provinsi yang mengalami deflasi paling mendalam tercatat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 0,37 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, deflasi perdesaan Bali tersebut dipicu oleh menurunnya harga barang-barang pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,76 persen, meskipun tercatat adanya kenaikan pada kelompok lainnya.

Perubahan harga pada kelompok bahan makanan memiliki andil yang cukup besar sehingga pengaruhnya pada terjadinya deflasi perdesaan di Pulau Dewata menurun.

Kelompok lainnya yang tercatat mengalami kenaikan yakni kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang naik 1,42 persen, lalu perumahan 0,51 persen, kesehatan 0,19 persen dan sandang 0,10 persen.

Selain itu juga makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,08 persen serta kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,01 persen.

Secara umum, komoditas penyumbang deflasi antara lain bawang putih, jeruk, ikan pindang, tongkol dan telur ayam ras.

Nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah/kawasan pedesaan.

Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produksi pertanian.

NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, sehingga makin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017