Denpasar (Antara Bali) - Kenaikan harga berbagai jenis kebutuhan bahan pokok seperti bawang merah, ketela pohon, rokok putih, bayam dan tongkol, memicu inflasi di Kota Singaraja, Bali utara, sebesar 0,10 persen pada bulan Juli 2017.
"Inflasi 0,10 persen dengan indeks harga konsumen (IHK), tingkat inflasi tahun kalender yakni Januari-Juli 2017 sebesar 1,10 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Juli 2017 terhadap Juli 2016 sebesar 3,19 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, inflasi tersebut ditandai dengan kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,27 persen, lalu menyusul kelompok bahan makanan 0,14 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,09 persen.
Demikian pula untuk kelompok sandang juga naik 0,09 persen, kelompok kesehatan 0,09 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01 persen.
Sejumlah komoditas lainnya yang mengalami kenaikan harga meliputi sabun detergen, rokok kretek filter, apel, kangkung, gula pasir, mie kering instan, garam, sawi hijau, sematu dan sabun wajah.
Adi Nugroho menambahkan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks atau deflasi sebesar 0,23 persen.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,44 persen dan inflasi terendah di Meulaboh sebesar 0,01 persen.
Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Meraule sebesar 1,50 persen serta deflasi terendah di Metro dan Probolinggo masing-masing sebesar 0,07 persen.
"Jika diurut dari kota yang mengalami inflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-50 setelah Kota Denpasar," ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Inflasi 0,10 persen dengan indeks harga konsumen (IHK), tingkat inflasi tahun kalender yakni Januari-Juli 2017 sebesar 1,10 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Juli 2017 terhadap Juli 2016 sebesar 3,19 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, inflasi tersebut ditandai dengan kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,27 persen, lalu menyusul kelompok bahan makanan 0,14 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,09 persen.
Demikian pula untuk kelompok sandang juga naik 0,09 persen, kelompok kesehatan 0,09 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01 persen.
Sejumlah komoditas lainnya yang mengalami kenaikan harga meliputi sabun detergen, rokok kretek filter, apel, kangkung, gula pasir, mie kering instan, garam, sawi hijau, sematu dan sabun wajah.
Adi Nugroho menambahkan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks atau deflasi sebesar 0,23 persen.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,44 persen dan inflasi terendah di Meulaboh sebesar 0,01 persen.
Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Meraule sebesar 1,50 persen serta deflasi terendah di Metro dan Probolinggo masing-masing sebesar 0,07 persen.
"Jika diurut dari kota yang mengalami inflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-50 setelah Kota Denpasar," ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017