Malang (Antara Bali) - Sebanyak 22 penyuluh pertanian, dan petani dari Bali mempelajari teknologi pembudidayaan padi, jagung, kedelai, bawang merah dan cabai di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. 

"Kami berharap para penyuluh lebih banyak memberikan pemahaman dan meningkatkan teknologi pertanian yang bisa dikembangkan atau ditularkan kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian di Bali," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemerintah Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra ketika mengunjungi BBPP Ketindan di Kabupaten Malang, Jatim, Rabu. 

Menurut Mahendra, para penyuluh dari dinas pertanian di sembilan kabupaten/kota termasuk Pemprov Bali nantinya dapat menyempurnakan program yang sudah berjalan di Bali salah satunya Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi atau Simantri dengan teknologi yang didapatkan selama sekitar satu minggu pelatihan. 

Mahendra yang dalam kesempatan tersebut juga mengajak awak media pada kegiatan Media Informasi Pembangunan ke Malang tersebut juga mengharapkan teknologi yang didapatkan penyuluh mampu memberikan efisiensi biaya petani sekaligus menarik minat generasi muda tertarik menggeluti pertanian. 

Seorang penyuluh madya yang mengikuti pelatihan dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikuktura dan Perkebunan Provinsi Bali I Made Oka Parwata mengatakan, yang didapatkan, antara lain, teknoloi baru budi daya bawang merah. 

Dia menjelaskan, selama ini petani menggunakan bibit untuk mengembangkan bawang merah, namun saat ini sudah ada teknologi yang menggunakan biji sehingga dapat menekan biaya para petani. 

Menurut Oka, jika menggunakan bibit, maka petani membutuhkan sekitar 800 hingga 1.200 kilogram bibit bawang merah untuk satu hektare dengan harga bibit mencapai sekitar Rp35 ribu per kilogram.

Sedangkan jika menggunakan biji, maka petani hanya membutuhkan lima hingga tujuh kilogram per hektare dengan hasil yang optimal. 

"Persentase untuk bibit saja petani harus mengeluarkan biaya sekitar 28 persen dari total kebutuhan pertanian bawang, jumlah itu belum termasuk yang lain," ucapnya.

Meski demikian, teknologi pengembangan bawang merah itu, lanjut dia, tidak serta merta langsung diaplikasikan di lapangan karena perlu dikaji dan sosialisasi edukasi karena pengembangan bawang merah dengan biji dapat tumbuh di dataran tinggi. 

Minimal pada ketinggian, lanjut dia, mencapai 1.000 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut dengan intensitas curah hujan mencapai 1.000 hingga 2.250 milimeter per tahun. 

Sementara itu Kepala BBPP Ketindan Djajadi Gunawan mengatakan pelatihan yang diberikan kepada para penyuluh dan petani baik dari Bali dan daerah lain di Indonesia diberikan dengan cara organik mengingat persaingan mendatang tidak hanya mengenai produk, tetapi juga cara pengembangan hasil pertanian harus organik. 

"Kami melatih petugas yang bergerak di bidang organik jadi harus mempunyai sertifikat dan cara produksi dari petani juga harus ada sertifikat supaya diakui saat nanti diekspor dan kami adalah tempat uji kompetensinya (sertifikasi organik) itu," katanya. 

Teknologi lain yang diberikan kepada penyuluh dan petani di antaranya penggunaan mesin pertanian, pelatihan biotek yakni pemupukan memanfaatkan mikroba hingga cara "mengobati" tanah yang sudah tidak subur atau "sakit" menjadi sehat kembali. 

Bali sendiri telah mengirimkan penyuluh termasuk petani untuk mengikuti pendidikan kilat sejak tahun 2014 hingga Juli 2017 mencapai sekitar 975 orang yang diakomodasi Kementerian Pertanian. 

BBPP Ketindan merupakan penanggungjawab upaya khusus pertanian untuk wilayah Bali sekaligus pelatihan dan pendidikan bagi penyuluh dan petani bersama dengan provinsi lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara. 

Sementara itu terkait potensi pertanian di Pulau Dewata, Djajadi mengatakan bahwa Bali memiliki potensi yang besar mengembangkan pertanian organik sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Bali saat ini. 

Pemprov Bali memiliki Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi atau Simantri yang menjadi salah satu program unggulan untuk mempercepat adopsi teknologi pertanian dengan mengembangkan model percontohan dalam rangka alih teknologi kepada masyarakat pedesaan khususnya petani. 

Simantri semenjak pertama diluncurkan pada 2009, hingga akhir 2016 sudah terbangun sebanyak 632 unit dari target hingga 2018 dapat terbangun 1.000 unit Simantri. 

 Tahun 2017, Pemprov Bali menargetkan 100 unit Simantri dengan alokasi per unit mendapatkan hibah mencapai Rp225 juta dan rencananya tahun 2018 akan dinaikkan mencapai Rp250 juta per unit.(Dwa) 

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017