Denpasar (Antara Bali) - Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta akan membuka pameran lukisan karya seniman gaek I Wayan Beratha Yasa (73) bersama putranya I Nyoman Suyasa di tempat tinggalnya Lingkungan Banjar Langon, Desa Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung, Minggu (23/7).

"Sebanyak 60 karya seni, 40 lukisan di antaranya objek wisata pura di Pulau Dewata ditata sedemikian rupa di rumahnya mulai dari balai delod, balai dangin, balai daje hingga diemperan dapur," kata Wayan Beratha Yasa di sela-sela kesibukannya mempersiapkan pameran tersebut, Sabtu.

I Wayan Beratha yang pernah menerima Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali, dalam pameran kali ini mengusung tema "Pelestarian Alam Spiritual dan Seni Tari Bali" yang berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas.

Pengamat seni rupa Bali I Ketut Lanus Sumantra mengemukakan pameran lukisan yang baru pertama kali digelar di tempat tinggalnya Desa Kapal sekitar 17 km utara Denpasar dengan mengundang sejumlah pejabat dan pencinta seni itu, merupakan terobosan yang luar biasa.

Bersama putranya I Nyoman Suyasa S,Sn. M.Sn, alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu, pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Badung tersebut ingin menyampaikan bahwa kekayaan alam dengan nilai spiritualnya perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Pria kelahiran 1944 itu dalam usia 23 tahun yakni pada 1967 mulai mengisi hidupnya dengan berkarya seni, disamping menjadi PNS. Rumah tempat tinggalnya disulap sedemikian rupa menjadi studio dan gedung seni yang diberi nama "Mahabharata Studio Painting".

Selama hampir 17 tahun menjalani masa pensiun dari Bagian Humas Pemkab Badung, ia terus mengembangkan kreativitas dalam bidang seni rupa mengimbangi penghargaan Dharma Kusuma yang diperolehnya dari Gubernur Bali Dewa Made Beratha pada 2007 serta piagam seni Kerti Budaya dari Bupati Badung pada 1998.

Untuk mempertanggungjawabkan kedua penghargaan itu, ayah tiga orang putra putri itu, memiliki rasa jengah yang makin membara untuk menarikan kuas di atas kanvas.

Beragam tarian Bali, legong, barong, dan tarian unik lainnya telah tercipta bergaya tradisi nan ekspresif. Impiannya untuk ikut melestarikan, mempertahankan, dan mengembangkan seni tari diwujudkan dalam visualisasi ekspresi tarian di atas kanvas.

Belakangan ini, Wayan Beratha Yasa yang pernah kuliah di Fakultas Teknik Seni Rupa Universitas Udayana yang kini bergabung dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu, meledak-ledak untuk melukis pura-pura besar di Bali.

Menurut kurator pameran tersebut, I Ketut Murdana yang juga dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar, usia senja bukanlah menjadi penghalang bagi I Wayan Beratha Yasa untuk tetap dan terus melukis.

Melukis baginya, ujarnya, adalah "karma estetis" yang selalu meletup-letup dan bergelora dalam hati sanubari yang patut dilakoni sebagai wujud bakti memuliakan anugrah-Nya.

"Karma estetis" yang ditentukan dorongan jiwa seni, ujarnya, bagi dia adalah anugerah berharga, yang tidak diperoleh oleh semua orang.

Oleh karena itu, katanya, anugrah tersebut wajib diberdayakan agar mampu membangun daya hidup dan bervibrasi kepada orang lain. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017