Kemolekan Pantai Kedonganan, dengan bentangan pasir putih dan temaram sayup cahaya matahari di senja hari, memiliki daya tarik tersendiri.

Barangkali itulah salah satu penilaian lokasi hingga akhirnya dipilih menjadi ajang perhelatan bertajuk 'Kedonganan Food Festival 2017' pada 21-22 Juli 2017.

Pantai ini terletak Kelurahan Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung. Kedonganan sudah lama kondang sebagai desa pesisir, di mana jukung dan perahu biasa tertambat di sepanjang pantai.

Dahulu, lebih dari 90 persen penduduk Kedonganan berprofesi sebagai nelayan, dan sisanya menjadi pedagang atau buruh.

Seiring dengan menggeliatnya pariwisata di kawasan Bali Selatan, berimbas dengan berkembangnya sejumlah destinasi, sehingga Kedonganan mengubah diri dengan bermetamorfosa sebagai objek wisata kuliner dengan menu khas ikan laut.

Deretan kafe dengan kepulan asap ikan bakar, menjadi pemandangan keseharian yang menyemarakkan pantai di senja hingga malam hari.

Potensi Kedonganan ini, membuat pihak Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua, Bali, memilih destinasi ini sebagai tempat penyelenggaraan festival ini.

Kegiatan ini didukung Bupati Badung, serta bekerja sama dengan Desa Adat Kedonganan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kedonganan, Badan Pengelola Kawasan Pariwisata Pantai Kedonganan (BPKP2K), Kelurahan Kedonganan dan Indonesian Chef Association (ICA) BDP Bali, serta bersama masyarakat setempat.  

Ketua STP Bali Dewa Gede Ngurah Byomantara menyatakan, ajang festival ini merupakan kreasi anak didik di STP Bali, khususnya jurusan studi Manajemen Konvensi dan Perhelatan.

Menurut dia, kegiatan anak didiknya ini akan mengolaborasikan antara keindahan alam dan 'food competition'.

Perhelatan itu memang menggabungkan keindahan alam Bali, yakni pantai, makanan, dan budaya, yang direpresentasikan dengan tampilan tarian, serta disediakan berbagai macam kegiatan hiburan.

"Selama pelaksanaan festival, semua kafe di area acara akan memberi diskon 30 persen untuk 'food & beverage' kepada pengunjung yang datang," ujar pria yang akrab dipanggil Byo.

Pihaknya juga akan mengadakan pelepasan tukik sebagai kepedulian masyarakat Kedonganan pada pelestarian lingkungan, khususnya satwa penyu.

            
Pasar Ikan Higienis

Perhelatan itu mendapat sambutan hangat dari Ketua Badan Pengelola Kawasan Pariwisata Pantai Kedonganan (BPKP2K) Dr I Wayan Mertha SE MSi.

Ia menyatakan rasa terima kasih atas terpilihnya Pantai Kedonganan sebagai ajang festival. Ia berharap ajang ini akan berlangsung setiap tahun, untuk lebih mengembangkan kepariwisataan di Pantai Kedonganan.

Baginya, festival ini dimaksudkan untuk menggali potensi lokal, agar Kedonganan tidak hanya dikenal sebagai objek wisata kuliner belaka, melainkan kebudayaan setempat pun perlu dieksplorasi, agar bisa tetap lestari.

"Jro Bendesa Kedonganan bahkan telah menyatakan bahwa sangat mendukung kegiatan ini, dan diharapkan melalui festival ini akan memaksimalkan produk budaya yang masih minim," katanya.

Misalnya, ucap dia, keberadaan Pasar Ikan Higienis Kedonganan, satu-satunya yang ada di Bali dan selama ini belum tergarap secara optimal.

Melalui penanganan tepat, maka pasar ikan itu bisa menjadi objek wisata. Wisatawan dapat berbelanja ikan dan dipanggang di tempat, serta dinikmati sambil di tepi pantai yang berpemandangan indah.

Selanjutnya, tradisi nelayan tradisional dengan jukung-jukung kayu berwarna-warna mencolok pun dapat dikemas menjadi sajian wisata, yang sesuai kekhasan Kedonganan sebagai desa pesisir.

"Tradisi lain yang akan ditampilkan sebagai budaya Kedonganan adalah Mebuug-buugan. Tradisi ini dilangsungkan setelah hari raya Nyepi, di mana biasanya ribuan warga akan memolesi badan dengan lumpur, setelah itu beramai-ramai membersihkan diri," katanya.

Tradisi Mebuug-buugan ini mengandung filosofi sebagai pembersihan diri secara jiwa dan raga. Setiap digelarnya tradisi ini, banyak wisatawan biasanya menyaksikan dengan antusias.

Sementara itu, Project Manager Kedonganan Food Festival 2017, Raja Andeta Sakti, menyebutkan pada even ini ada 17 stan makanan dan dua stan permainan.

Sajian menu yang ditawarkan khas Kedonganan dengan harga Rp50 ribu ke bawah.

"Tidak ada tiket masuk atau 'free' bagi pengunjung, dan festival ini berlangsung sejak pagi sampai sore. Untuk food competition, diikuti 24 kafe setempat," ujar Sakti.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan dukungannya terhadap kreativitas anak muda sebagai generasi masa depan bangsa.

"Promosi destinati wisata itu banyak pintu masuknya, salah satunya adalah melalui kuliner," katanya.

Kuliner adalah produk budaya yang sudah lama teruji dan secara turun temurun mempengaruhi tradisi selera lidah masyarakat Bali.

Dia mengatakan, portfolio produk pariwisata Wonderful Indonesia itu ada tiga, meliputi 35 persen alam, 60 persen budaya dan 5 persen buatan manusia.

"Kuliner ada di kolom budaya yang 60 persen itu. Kuliner itu sekitar 30 persen dari 60 persen portfolio budaya, jadi angkanya terbesar dan ini harus dijaga," ujar Arief Yahya.

Dia menambahkan, pariwisata itu kaitannya adalah 'culinary and shopping' 45 persen, dan wisata budaya, sejarah serta sejarah 20 persen.

"Karenanya membuat even kuliner di kawasan budaya Bali, itu sudah sangat tepat," ucap dia. (*)

----------
*) Penulis adalah penulis buku dan artikel lepas yang tinggal di Bali.

Pewarta: Tri Vivi Suryani *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017