Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar kembali menggelar pemutaran film kali ini mengusung tema "Langgam Film Musikal" berlangsung selama dua hari, 21-22 Juli 2017.
"Program Sinema Bentara kali ini menyuguhkan ragam film fiksi, drama-biografi, dan dokumenter mulai dari pemusik legendaris, drama musikal, hingga penelusuran riwayat musik-musik rakyat (folk) yang nyaris punah," kata Penata acara tersebut Juwitta K. Lasut dalam keterangan tertulis diterima di Denpasar, Jumat.
Ia mengtakan, pemutaran film kali ini masih digelar dengan konsep Misbar atau gerimis bubar. Kegiatan itu dilakukan di halaman terbuka dengan layar tancap atau layar lebar.
Konsep Misbar ini mengedepankan suasana nonton bersama yang akrab, guyub, dan hangat. Ada empat film terpilih yang ditayangkan, antara lain Ambilkan Bulan (2012, Indonesia, Durasi: 91 menit, Sutradara: Ifa Isfansyah), Farinelli (1994, Italia, Durasi: 111 menit, Sutradara: Gerard Corbiau), Sound of Home (2011, Jerman, Durasi: 93 menit, Sutradara: Arne Birkenstock & Jan Tangeler).
Selain itu Attilla Marcel (Perancis, 2012, Durasi: 106 menit, Sutradara: Sylvain Chomet).
Juwitta K. Lasut menambahkan, program tersebut didukung oleh Bioskop Keliling BPNB Wilayah Kerja Bali, NTB, NTT, Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Francaise Bali, dan Udayana Science Club.
Serangkaian pemutaran film tersebut juga digelar Diskusi Sinema bersama I Ketut Sumerjana, S.Sn, M.Sn, dosen Prodi Musik ISI Denpasar.
I Ketut Sumerjana telah menciptakan sejumlah karya musik, antara lain Eggology (Video Art by Krisna Mukti), Fruit Archipelago (Video Art by Krisna Mukti), Young Man and The Sea (Video by Akasacara Film, Yusron Fuadi).
Ia juga kerap berperanserta dalam berbagai festival musik tingkat nasional dan internasioal serta menjadi juri pada sejumlah festival musik di Bali.
Menurut asisten kurator Sinema Bentara, Vanesa Martida, kehadiran musik yang melekat pada film tidak terlepas dari perkembangan teknologi perekaman audio atau suara yang ada sejak tahun 1940-an.
Sebelumnya, musik dimainkan terpisah melalui "live orchestra" yang mengiringi adegan-adegan dalam film. "Musik bisa menjadi salah satu unsur penting dan menunjang kehadiran sebuah film," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Program Sinema Bentara kali ini menyuguhkan ragam film fiksi, drama-biografi, dan dokumenter mulai dari pemusik legendaris, drama musikal, hingga penelusuran riwayat musik-musik rakyat (folk) yang nyaris punah," kata Penata acara tersebut Juwitta K. Lasut dalam keterangan tertulis diterima di Denpasar, Jumat.
Ia mengtakan, pemutaran film kali ini masih digelar dengan konsep Misbar atau gerimis bubar. Kegiatan itu dilakukan di halaman terbuka dengan layar tancap atau layar lebar.
Konsep Misbar ini mengedepankan suasana nonton bersama yang akrab, guyub, dan hangat. Ada empat film terpilih yang ditayangkan, antara lain Ambilkan Bulan (2012, Indonesia, Durasi: 91 menit, Sutradara: Ifa Isfansyah), Farinelli (1994, Italia, Durasi: 111 menit, Sutradara: Gerard Corbiau), Sound of Home (2011, Jerman, Durasi: 93 menit, Sutradara: Arne Birkenstock & Jan Tangeler).
Selain itu Attilla Marcel (Perancis, 2012, Durasi: 106 menit, Sutradara: Sylvain Chomet).
Juwitta K. Lasut menambahkan, program tersebut didukung oleh Bioskop Keliling BPNB Wilayah Kerja Bali, NTB, NTT, Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Francaise Bali, dan Udayana Science Club.
Serangkaian pemutaran film tersebut juga digelar Diskusi Sinema bersama I Ketut Sumerjana, S.Sn, M.Sn, dosen Prodi Musik ISI Denpasar.
I Ketut Sumerjana telah menciptakan sejumlah karya musik, antara lain Eggology (Video Art by Krisna Mukti), Fruit Archipelago (Video Art by Krisna Mukti), Young Man and The Sea (Video by Akasacara Film, Yusron Fuadi).
Ia juga kerap berperanserta dalam berbagai festival musik tingkat nasional dan internasioal serta menjadi juri pada sejumlah festival musik di Bali.
Menurut asisten kurator Sinema Bentara, Vanesa Martida, kehadiran musik yang melekat pada film tidak terlepas dari perkembangan teknologi perekaman audio atau suara yang ada sejak tahun 1940-an.
Sebelumnya, musik dimainkan terpisah melalui "live orchestra" yang mengiringi adegan-adegan dalam film. "Musik bisa menjadi salah satu unsur penting dan menunjang kehadiran sebuah film," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017