Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Denpasar di Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali, menampilkan kolaborasi dramatari, kesenian Genjek dan Kecak, dalam ajang Pesta Kesenian Bali ke-39 di Taman Budaya Denpasar, Jumat.

"Saya terkesan banget, karena ini kesempatan perdana dari Lapas Kerobokan untuk menampilkan acara kesenian," kata salah seorang napi Lapas Kerobokan yang juga penata tari pementasan tersebut, Putu Yanti, di sela-sela pentas dramatari itu.

Garapan yang melibatkan 23 narapidana Lapas Kerobokan itu berjudul "Duka Mewali Suka", yang mengisahkan tentang aktivitas sehari-hari para narapidana di lapas, mulai dari aktivitas bangun pagi, berolahraga, menyapu, mengantre mengambil makanan hingga bersembahyang.

Dalam pentas itu juga ditampilkan kegiatan para napi di lapas dalam berkesenian, seperti Magenjekan dengan mengangkat kisah Ramayana, hingga perilaku nakal para napi yang mencuri-curi kesempatan untuk menggunakan telepon genggam, dan bentrok diantara para napi gara-gara persoalan sepele.

Menurut Yanti, dengan tampil di PKB ini, dia juga ingin membuka wawasan masyarakat umum bahwa di dalam lapas itu sesungguhnya para napi masih bisa berkreasi dan melakukan kegiatan positif.

"Ya kita harus rela dan pasrah menerima harus dihukum. Namun, jika harus malu dan disesali, kapan kita akan bangkit lagi," ucapnya.

Hal senada disampaikan Novi, napi lainnya. Lewat pementasan tersebut, dia ingin memberitahu masyarakat bahwa di dalam lapas itu tidak seseram seperti yang dibayangkan banyak orang.

"Kami di dalam juga banyak dikasi pembinaan, ada kegiatan pesantian, melukis dan sebagainya. Jadi tidak cuman sekadar di dalam saja," ujar napi yang sudah setahun menjalani masa hukumannya itu.

Novi mengaku tidak ada kesulitan dalam menjalani latihan untuk persiapan pementasan di Pesta Kesenian Bali.

Sementara itu, Kasubsi Bimbingan Kemasyaratan dan Perawatan Lapas Kelas II-A Denpasar Bobby Cahya Permana berharap lewat pementasan ini ingin memberikan kesan kepada masyarakat bahwa para napi bukan penjahat, tetapi mereka tersesat dan belum terlambat untuk bertobat.

Untuk penampilan di PKB ini, para napi berlatih selama 1,5 bulan. Setiap harinya mereka berlatih sekitar dua jam.

Terkait dengan kedatangan para napi di Taman Budaya Denpasar yang sebelum pentas harus diborgol, menurut Boby, hal itu sudah merupakan prosedur.

"Setiap narapidana yang keluar dari Lapas harus diborgol dan dikawal," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017