Denpasar (Antara Bali) - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ayu Pastika mendorong umat Hindu di daerah itu dapat mengetahui dan memahami makna "banten" atau sesajen yang dibuat sehari-hari.

"Saya harap masyarakat yang datang menyaksikan acara ini bisa mengetahui makna sebenarnya dari banten yang dibuat sehari-hari, bukan hanya membuat banten sebagai simbul `yadnya` atau persembahan saja," kata Ayu Pastika pada acara Sarasehan Banten serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-39, di Denpasar, Minggu.

Pihaknya menyoroti masih minimnya pengetahuan makna banten oleh masyarakat, sehingga hal itu yang mendasari dirinya bernisiatif untuk membuat sarasehan tersebut.

Dalam acara yang dipandu oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha itu menampilkan pembicara Ida Pedanda Gede Made Putra Kekeran dari Griya Kekeran Blahbatuh, Gianyar.

"Saya harap setidaknya masyarakat terutama para ibu-ibu bisa mengetahui makna banten yang dibuat sehari-hari, jadi para ibu-ibu tidak hanya membuat banten, tetapi bisa memaknai tiap item banten itu sendiri," ujar istri orang nomor satu di Bali itu.

Ayu Pastika yang juga turut didampingi oleh Dayu Sudikerta juga mengingatkan umat Hindu Bali supaya membuat banten yang memang sesuai dengan sastra agama sebagi sumbernya.

"Jadi ke depan, masyarakat membuat banten yang memang sesuai dengan sastra. Karena kadang kita lihat fenomema jika banyak penambahan item pada pembuatan banten, namun bisa sampai melupakan bagian terpenting dari banten itu sendiri," ucapnya.

Dalam acara yang turut dihadiri oleh segenap Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota se-Bali, Ayu Pastika ingin masyarakat mulai bisa membuat banten yang sesuai sastra, apalagi dalam acara tersebut juga dijelaskan bagaimana langkah-langkah pembuatan banten.

Sementara itu, sesuai dengan tema PKB kali ini yaitu "Ulun Danu, Melestarikan Air Sebagi Sumber Kehidupan", Ida Pedanda Gede Made Kekeran menyampaikan tema dharma wacana (ceramah agama) yang bertajuk "Air sebagai Penyucian Diri Lahir Bathin untuk Memperoleh Dirga Ayu dan Dirga Yusa".

Ida Pedanda memaparkan bagaimana pentingnya air dalam kegiatan beragama di Bali. Begitu pentingnya sehingga agama Hindu di Bali juga dijuluki sebagai Agama Tirta, yang maksudnya upacara di Bali tidak akan tuntas tanpa tirta atau air suci.

Beliau menyoroti salah satu dari pentingnya air bagi umat Hindu di Bali adalah untuk menghilangkan pengaruh terhadap diri kita, baik itu pengaruh buruk terhadap jasmani maupun rohani dengan melakukan ritual "penglukatan" atau penyucian.

Selain itu, untuk mendapatkan kedirga-yusaan dan kedirga-ayuan, perlu melakukan ritual yang menggunakan air sebagai sarananya, yaitu "bayuh oton".

Dalam "bayuh oton", setiap manusia mempunyai sarana bantennya sendiri, sesuai dengan hari lahirnya, atau weton.

Hal ini karena dalam setiap hari lahir manusia mempunyai banten sesayut sendiri-sendiri, sehingga dalam kesempatan itu juga dilakukan tutorial pembuatan tujuh banten sesayut yang berbeda. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017