Mangupura (Antara Bali) - Dinas Perikanan Kabupaten Badung, Bali, memberikan pelatihan kepada 30 orang petani ikan di daerah setempat untuk menggalakkan budi daya lele dengan sistem bioflok.
"Pelatihan budi daya lele sistem ini bekerja sama dengan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi," kata Kadis Perikanan Badung, Putu Oka Swadiana, di Mangupura, Senin.
Pelatihan budi daya ikan lele dengan sistem bioflok ini diyakini mampu meningkatkan produksi ikan di Badung dengan jangka waktu budidaya lebih singkat.
Selain itu, tujuan kegiatan ini untuk memperkuat pembangunan pertanian, perikanan, dan kelautan yang bersinergi dengan pariwisata berbasis budaya
Oka Swadiana mengatakan pelatihan ini mendapat sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan dan memperluas gerakan memasyarakatkan makan ikan (gemar ikan) dan mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan.
Upaya ini sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Badung Tahun 2016-2021 dalam meningkatkan pembangunan perikanan di daerah ini.
"Untuk itu, kami menekankan kepada para petani yang akan mengikuti pelatihan ini selama lima hari agar bersungguh-sungguh menekuni budi daya lele dengan sistem bioflok ini," katanya.
Menurut dia, teknologi bioflok merupakan teknologi pengolahan limbah berupa lumpur aktif yang melibatkan aktifitas mikroorganisme.
Pejabat asal Kerobokan ini mengharapkan para petani yang mengikuti pelatihan teknologi bioflok ini dapat disebarluaskan kepada masyarakat lainnya di Badung.
"Kalau dahulu, satu meter kubik kolam ikan dapat menebarkan 100 ekor benih lele. Namun dengan sistem bioflok proses penebaran benih lele mencapai 10 kali lipat (1.000 ekor benih) dengan luas kolam yang sama," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya meegaskan dengan sistem bioflok ini, maka keuntungan petani ikan akan jauh lebih besar.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan Firman Prasetia mengatakan, kurikulum pelatihan ini diikuti oleh 30 petani ikan di Kabupaten Badung.
"Pelatihan menggunakan metode cemarah, diskusi, dan praktik," ujarnya.
Sebelum peserta mengikuti pelatihan, pelatih memberi "pre-test" untuk mengetahui pengetahuan peserta tentang pemahaman materi.
"Kemudain, pada akhir pelatihan diberi `post test` untuk mengetahui tingkat keberhasilan para peserta pelatihan dalam pemahaman materi," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Pelatihan budi daya lele sistem ini bekerja sama dengan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi," kata Kadis Perikanan Badung, Putu Oka Swadiana, di Mangupura, Senin.
Pelatihan budi daya ikan lele dengan sistem bioflok ini diyakini mampu meningkatkan produksi ikan di Badung dengan jangka waktu budidaya lebih singkat.
Selain itu, tujuan kegiatan ini untuk memperkuat pembangunan pertanian, perikanan, dan kelautan yang bersinergi dengan pariwisata berbasis budaya
Oka Swadiana mengatakan pelatihan ini mendapat sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan dan memperluas gerakan memasyarakatkan makan ikan (gemar ikan) dan mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan.
Upaya ini sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Badung Tahun 2016-2021 dalam meningkatkan pembangunan perikanan di daerah ini.
"Untuk itu, kami menekankan kepada para petani yang akan mengikuti pelatihan ini selama lima hari agar bersungguh-sungguh menekuni budi daya lele dengan sistem bioflok ini," katanya.
Menurut dia, teknologi bioflok merupakan teknologi pengolahan limbah berupa lumpur aktif yang melibatkan aktifitas mikroorganisme.
Pejabat asal Kerobokan ini mengharapkan para petani yang mengikuti pelatihan teknologi bioflok ini dapat disebarluaskan kepada masyarakat lainnya di Badung.
"Kalau dahulu, satu meter kubik kolam ikan dapat menebarkan 100 ekor benih lele. Namun dengan sistem bioflok proses penebaran benih lele mencapai 10 kali lipat (1.000 ekor benih) dengan luas kolam yang sama," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya meegaskan dengan sistem bioflok ini, maka keuntungan petani ikan akan jauh lebih besar.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan Firman Prasetia mengatakan, kurikulum pelatihan ini diikuti oleh 30 petani ikan di Kabupaten Badung.
"Pelatihan menggunakan metode cemarah, diskusi, dan praktik," ujarnya.
Sebelum peserta mengikuti pelatihan, pelatih memberi "pre-test" untuk mengetahui pengetahuan peserta tentang pemahaman materi.
"Kemudain, pada akhir pelatihan diberi `post test` untuk mengetahui tingkat keberhasilan para peserta pelatihan dalam pemahaman materi," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017