Gianyar (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menghadiri dan mengikuti persembahyangan bersama warga yang merupakan rangkaian ritual "Pujawali" di Pura Dalem Desa Lebih, Kabupaten Gianyar.
"Pelaksanaan upacara merupakan wujud bakti dan syukur atas berkah Ida Sanghyang Widhi (Tuhan) yang seyogyanya terus ditingkatkan oleh umat Hindu," kata Sudikerta di sela-sela kegiatan persembahyangan tersebut, di Gianyar, Jumat.
Menurut dia, persembahan yang dihaturkan juga tidaklah harus mewah dan besar-besaran, namun harus lengkap sesuai yang tertuang dalam sastra agama yang dikreasikan sedemikian rupa dengan nilai seni tinggi.
"Bikin banten (sesajen), sarananya harus lengkap karena masing-masing isi banten itu memiliki makna yang menjadi penyempurna suatu upacara yadnya," ujarnya.
Dia juga mengimbau bahan-bahan yang digunakan sebagai sarana upacara ada baiknya apabila berasal dari hasil panen hasil bumi umat.
Di sisi lain, Sudikerta berharap pelaksanaan ritual tersebut bisa menjadi perekat rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantara warga sehingga bisa membangun semangat gotong royong demi kelancaran upacara dan kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu, Kelian (ketua) Adat Lebih Dewa Gede Piyadnya mengatakan pujawali yang dilaksanakan merupakan upacara rutin yang digelar tiap enam bulan sekali.
Di Desa Adat Lebih terdapat dua banjar (dusun) yakni Banjar Lebih Beten Kelod dan Banjar Lebih Duur Kaja, masing-masing banjar bertanggung jawab atas pelaksanaan pujawali di sejumlah pura di desa tersebut.
Untuk Pura Puseh Bale Agung menjadi tanggung jawab Banjar Lebih Duur Kaja dan Pura Dalem menjadi tanggung jawab Banjar Lebih Beten Kelod.
"Kami berterima kasih atas kehadiran Bapak Wagub sebagai saksi pelaksanaan pujawali ini," ujar Piyadnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Pelaksanaan upacara merupakan wujud bakti dan syukur atas berkah Ida Sanghyang Widhi (Tuhan) yang seyogyanya terus ditingkatkan oleh umat Hindu," kata Sudikerta di sela-sela kegiatan persembahyangan tersebut, di Gianyar, Jumat.
Menurut dia, persembahan yang dihaturkan juga tidaklah harus mewah dan besar-besaran, namun harus lengkap sesuai yang tertuang dalam sastra agama yang dikreasikan sedemikian rupa dengan nilai seni tinggi.
"Bikin banten (sesajen), sarananya harus lengkap karena masing-masing isi banten itu memiliki makna yang menjadi penyempurna suatu upacara yadnya," ujarnya.
Dia juga mengimbau bahan-bahan yang digunakan sebagai sarana upacara ada baiknya apabila berasal dari hasil panen hasil bumi umat.
Di sisi lain, Sudikerta berharap pelaksanaan ritual tersebut bisa menjadi perekat rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantara warga sehingga bisa membangun semangat gotong royong demi kelancaran upacara dan kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu, Kelian (ketua) Adat Lebih Dewa Gede Piyadnya mengatakan pujawali yang dilaksanakan merupakan upacara rutin yang digelar tiap enam bulan sekali.
Di Desa Adat Lebih terdapat dua banjar (dusun) yakni Banjar Lebih Beten Kelod dan Banjar Lebih Duur Kaja, masing-masing banjar bertanggung jawab atas pelaksanaan pujawali di sejumlah pura di desa tersebut.
Untuk Pura Puseh Bale Agung menjadi tanggung jawab Banjar Lebih Duur Kaja dan Pura Dalem menjadi tanggung jawab Banjar Lebih Beten Kelod.
"Kami berterima kasih atas kehadiran Bapak Wagub sebagai saksi pelaksanaan pujawali ini," ujar Piyadnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017