Bali Mula Unik (BMU) mungkin menjadi kawasan wisata yang membuat sebagaian masyarakat Bali penasaran, karena lokasinya lebih cocok untuk meditasi, mengingat suasana yang menyatu dengan alam.
Hal itu terlihat saat pengunjung memasuki lokasi wisata BMU itu yang harus menjelajahi jalanan yang curam dan terjal. Sesungguhnya, hal itu cocok untuk para "backpacker" (petualang), karena kondisi yang sedikit ekstrem itu.
Jika diam sejenak, suara gemercik air dan kicauan burung akan membuat pengunjung menjadi dekat dengan alam, hutan kecil nan asri, terdapat tempat melukat dari mata air, anak tangga yang tertata rapi sekitar 500 anak tangga, dan terlihat dua "waterfall" (air terjun) yang membuat pengunjung enggan meninggalkannya.
Untuk menuju ke lokasi wisata alam nan asri itu, pengunjung bisa melewati daerah Gianyar dan lokasinya tepat di Pujung Kaja, Sebatu, Kecamatan Tegalalang , 55 Km timur laut Denpasar, atau lokasinya ada di tengah-tengah daratan Pulau Dewata Bali.
BMU merupakan tujuan wisata baru yang unik di Gianyar, karena berdiri tahun 2016, tetapi sudah banyak pengunjung yang datang hingga tercatat sekitar seribu pengunjung dari wisatawan mancanegara yang telah menikmati wisata alam itu sejak dibuka untuk umum hingga kini.
Wisata BMU yang berdiri di atas tanah seluas 1,5 hektare itu dimiliki oleh I Nyoman Cendikiawan yang merupakan sosok pekerja keras lagi humoris yang menata sendiri BMU dengan memperkerjakan para warga sekitar dengan pola pengerjaan yang bertahap sedikit demi sedikit.
"Bali Mula Unik mempunyai istilah sendiri, Ba artinya Bakti Ring Sang Hyang Widhi , Li berarti Liang ring semetonan, Mu berarti Mulat Sarira, La berarti Langgeng, U berarti Ulitan Salera Sareng Sami, dan Nik berarti Niki yang akan kita wariskan ke anak cucu," ucap I Nyoman Cendikiawan.
Keunikan wisata alam BMU itu terlihat dari konsep spiritual yang dikembangkan, karena ada pancuran untuk tempat melukat, sumber mata air yang gemericik, ada banyak pohon langka seperti pohon Arnawa, dan ada sejumlah binatang alam, seperti jangkrik, burung, ayam, monyet, dan sejumlah binatang malam.
Kendati alami, pengelola lokasi itu juga menyediakan tempat pertemuan, pemandian, makan siang (lunch), dinner, warung kopi, dan pemondokan dengan tempat yang terpisah.
Tak jarang tamu asing datang untuk melakukan meditasi, apalagi tempat ini berstruktur dari alam menjulang ke lembah, sehingga tak mengganggu meditasi siapapun. Untuk kepentingan itu pula, pemilik BMU berusaha melibatkan tenaga lokal untuk menjadi "tuan rumah" di desa sendiri.
"Pembangunan kawasan yang sejuk ini belum selesai, sebab saat ini masih tahap penataan," ujar I Nyoman Cendikiawan saat mengunjungi lokasi wisata miliknya itu. (*)
,
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Hal itu terlihat saat pengunjung memasuki lokasi wisata BMU itu yang harus menjelajahi jalanan yang curam dan terjal. Sesungguhnya, hal itu cocok untuk para "backpacker" (petualang), karena kondisi yang sedikit ekstrem itu.
Jika diam sejenak, suara gemercik air dan kicauan burung akan membuat pengunjung menjadi dekat dengan alam, hutan kecil nan asri, terdapat tempat melukat dari mata air, anak tangga yang tertata rapi sekitar 500 anak tangga, dan terlihat dua "waterfall" (air terjun) yang membuat pengunjung enggan meninggalkannya.
Untuk menuju ke lokasi wisata alam nan asri itu, pengunjung bisa melewati daerah Gianyar dan lokasinya tepat di Pujung Kaja, Sebatu, Kecamatan Tegalalang , 55 Km timur laut Denpasar, atau lokasinya ada di tengah-tengah daratan Pulau Dewata Bali.
BMU merupakan tujuan wisata baru yang unik di Gianyar, karena berdiri tahun 2016, tetapi sudah banyak pengunjung yang datang hingga tercatat sekitar seribu pengunjung dari wisatawan mancanegara yang telah menikmati wisata alam itu sejak dibuka untuk umum hingga kini.
Wisata BMU yang berdiri di atas tanah seluas 1,5 hektare itu dimiliki oleh I Nyoman Cendikiawan yang merupakan sosok pekerja keras lagi humoris yang menata sendiri BMU dengan memperkerjakan para warga sekitar dengan pola pengerjaan yang bertahap sedikit demi sedikit.
"Bali Mula Unik mempunyai istilah sendiri, Ba artinya Bakti Ring Sang Hyang Widhi , Li berarti Liang ring semetonan, Mu berarti Mulat Sarira, La berarti Langgeng, U berarti Ulitan Salera Sareng Sami, dan Nik berarti Niki yang akan kita wariskan ke anak cucu," ucap I Nyoman Cendikiawan.
Keunikan wisata alam BMU itu terlihat dari konsep spiritual yang dikembangkan, karena ada pancuran untuk tempat melukat, sumber mata air yang gemericik, ada banyak pohon langka seperti pohon Arnawa, dan ada sejumlah binatang alam, seperti jangkrik, burung, ayam, monyet, dan sejumlah binatang malam.
Kendati alami, pengelola lokasi itu juga menyediakan tempat pertemuan, pemandian, makan siang (lunch), dinner, warung kopi, dan pemondokan dengan tempat yang terpisah.
Tak jarang tamu asing datang untuk melakukan meditasi, apalagi tempat ini berstruktur dari alam menjulang ke lembah, sehingga tak mengganggu meditasi siapapun. Untuk kepentingan itu pula, pemilik BMU berusaha melibatkan tenaga lokal untuk menjadi "tuan rumah" di desa sendiri.
"Pembangunan kawasan yang sejuk ini belum selesai, sebab saat ini masih tahap penataan," ujar I Nyoman Cendikiawan saat mengunjungi lokasi wisata miliknya itu. (*)
Video oleh Desy Dora
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017