Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar program Bali Tempo Doeloe (BTD), sebuah agenda yang memutar seri-seri dokumenter tentang Bali.

"Kegiatan itu dipadukan dengan diskusi melibatkan pengamat dan pemerhati budaya untuk memaknai perubahan kondisi Bali dari masa ke masa,"kata Penata Acara tersebut Juwitta K. Lasut, Rabu.

Ia mengatakan BTD seri ke-17 akhir Mei 2017 mengusung tema "Peradaban Pesisir Bali Utara". Tampil sebagai pembicara dalam diskusi tersebut Dr. I Putu Gede Suwitha, SU, dosen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

Ia pernah menulis tentang "Islam di Bali : dari Akulturasi Sampai Ortodoks" (1998), "Sejarah Maritim: Suatu Tentang ke Depan" (2004), "Bali dari Sisi Lain" (2010), "Identitas Bali Kontemporer" (2012) dan lain-lain.

Selain itu pernah melakukan berbagai penelitan, di antaranya tentang Kesenian Baris China, Masyarakat Multikultural Budaya Bali, termasuk mengenai Sejarah dan Kebudayaan Bugis di Sulawesi Selatan.

BTD merupakan agenda dialog berkala dan berkelanjutan yang telah digelar sejak tahun 2013. Diskusi juga menyoroti sisi eksotika dari Bali masa silam serta problematik yang menyertai Pulau Dewata. Program tersebut dimaknai dengan pemutaran dokumenter tentang Buleleng, termasuk dari seri dokumentasi Bali tahun 1928 yang didukung oleh STMIK STIKOM Bali dan "Arbiter Cultural Traditions".

Juwitta K. Lasut menjelaskan pesisir Bali Utara memiliki potensi kelautan yang cukup besar, memiliki luas 3.850,03 km persegi, potensi lestari sumberdaya ikan diperkirakan 24.606,0 ton tiap tahun. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017