Surabaya (Antara Bali) - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya
(UMS), yaitu M Yusril Ardiansyah, Zumrotin Firdaus, dan Nisaul
Khoiriyah, mengolah tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) menjadi obat herbal yang berkhasiat menyembuhkan insomnia atau susah tidur.
Ditemui di kampus setempat, Sabtu, Zumrotin salah satu anggota mengatakan, awalnya dirinya dan kedua temannya memutuskan untuk mengikuti gerakan yuk meneliti (GYM) yang ada di kampusnya.
"Setelah mencari di berbagai literasi, kami menemukan daun putri malu yang selama ini dikenal sebagai tumbuhan liar ternyata memiliki kandungan oksigen yang baik untuk relaksasi tubuh," kata dia.
Dia mengatakan, ramuan putri malu bisa menjadi cara alami mengatasi insomnia karena mengandung melatonin yang mampu memberikan efek sedatif (penenang). Selain itu, biasanya obat ini dijadikan minuman yaitu berupa teh.
Setelah itu, mereka berinovasi dengan membuat ramuan yang lebih efektif dengan menambahkan berbagai bahan herbal.
"Kami menganalisanya, meskipun sudah dikeringkan masih ada kandungan oksigen pada daun putri malu. Agar lebih efektif kami ramu dengan bahan alami lain dan menjadikan tumbuhan putri malu ini menjadi obat herbal imsomnia," tuturnya.
Ramuan ini dicampurkan dengan berbagai bahan herbal yang teruji manfaatnya, di antaranya gingseng, jahe dan madu. Berbeda dengan bahan tambahan yang sudah biasa ditemukan, ketiga mahasiswa ini harus mencari daun putri malu ke semak-semak atau lapangan kampung yang ada di Surabaya.
Zummrotin melanjutkan, untuk membuat ramuan ini, daun putri malu kering terlebih dahulu direbus selama dua jam hingga warna air rebusan berubah coklat. Baru kemudian ditambahkan gingseng, jahe, gula, dan madu.
"Airnya ditunggu hingga berkurang menjadi setengahnya, setelah dingin tinggal disaring," kata Zumrotin.
Angota kelompok yang lain, yaitu Yusril mengatakan, meski nampak sederhana, dia dan kawan-kawannya telah menguji ramuan buatan mereka. Mulai dari uji laboratorium makanan, zat anti racun pada mencit (tikus kecil) dan pada manusia.
"Setelah teruji aman untuk dikonsumsi dan bebas racun dengan adanya aktivitas normal setelah mencit mengonsumsinya. Kami mencobanya. Totalnya tujuh orang bersama teman kami yang lain," kata dia.
Dia menjelaskan, dari pengamatan reaksi pada beberapa pengujian, maka ditentukan untuk konsumsi ramuan pengentas insomnia paling ideal adalah satu sampai dua sendok makan setiap hari atau ketika dibutuhkan satu jam sebelum tidur
"Obat ini menunjukkan reaksinya setelah 10 sampai 15 menit dikonsumsi maksimal satu jam sudah tertidur," jelasnya.
Ke depannya, ketiga sekawan ini ingin mematenkan temuannya agar bisa diteliti lebih lanjut. Bahkan jika memungkinkan ingin diproduksi secara massal jka sudah menemukan standar yang teruji. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Ditemui di kampus setempat, Sabtu, Zumrotin salah satu anggota mengatakan, awalnya dirinya dan kedua temannya memutuskan untuk mengikuti gerakan yuk meneliti (GYM) yang ada di kampusnya.
"Setelah mencari di berbagai literasi, kami menemukan daun putri malu yang selama ini dikenal sebagai tumbuhan liar ternyata memiliki kandungan oksigen yang baik untuk relaksasi tubuh," kata dia.
Dia mengatakan, ramuan putri malu bisa menjadi cara alami mengatasi insomnia karena mengandung melatonin yang mampu memberikan efek sedatif (penenang). Selain itu, biasanya obat ini dijadikan minuman yaitu berupa teh.
Setelah itu, mereka berinovasi dengan membuat ramuan yang lebih efektif dengan menambahkan berbagai bahan herbal.
"Kami menganalisanya, meskipun sudah dikeringkan masih ada kandungan oksigen pada daun putri malu. Agar lebih efektif kami ramu dengan bahan alami lain dan menjadikan tumbuhan putri malu ini menjadi obat herbal imsomnia," tuturnya.
Ramuan ini dicampurkan dengan berbagai bahan herbal yang teruji manfaatnya, di antaranya gingseng, jahe dan madu. Berbeda dengan bahan tambahan yang sudah biasa ditemukan, ketiga mahasiswa ini harus mencari daun putri malu ke semak-semak atau lapangan kampung yang ada di Surabaya.
Zummrotin melanjutkan, untuk membuat ramuan ini, daun putri malu kering terlebih dahulu direbus selama dua jam hingga warna air rebusan berubah coklat. Baru kemudian ditambahkan gingseng, jahe, gula, dan madu.
"Airnya ditunggu hingga berkurang menjadi setengahnya, setelah dingin tinggal disaring," kata Zumrotin.
Angota kelompok yang lain, yaitu Yusril mengatakan, meski nampak sederhana, dia dan kawan-kawannya telah menguji ramuan buatan mereka. Mulai dari uji laboratorium makanan, zat anti racun pada mencit (tikus kecil) dan pada manusia.
"Setelah teruji aman untuk dikonsumsi dan bebas racun dengan adanya aktivitas normal setelah mencit mengonsumsinya. Kami mencobanya. Totalnya tujuh orang bersama teman kami yang lain," kata dia.
Dia menjelaskan, dari pengamatan reaksi pada beberapa pengujian, maka ditentukan untuk konsumsi ramuan pengentas insomnia paling ideal adalah satu sampai dua sendok makan setiap hari atau ketika dibutuhkan satu jam sebelum tidur
"Obat ini menunjukkan reaksinya setelah 10 sampai 15 menit dikonsumsi maksimal satu jam sudah tertidur," jelasnya.
Ke depannya, ketiga sekawan ini ingin mematenkan temuannya agar bisa diteliti lebih lanjut. Bahkan jika memungkinkan ingin diproduksi secara massal jka sudah menemukan standar yang teruji. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017