Denpasar (Antara Bali) - PT Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Bali siap menawarkan surat jaminan bagi eksportir dan importir atau "customs bond" yang dapat memberikan kemudahan dalam pembayaran dan jaminan ketepatan pengiriman barang.
"`Customs bond` sedang berjalan dan masih kami koordinasikan dengan Bea Cukai," kata Direktur Jamkrida Bali Indra Putra di Denpasar, Sabtu.
Menurut Indra, produk "customs bond" sebelumnya telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pusat dan ditargetkan dapat beroperasi untuk menjamin kegiatan ekspor dan impor pada semester kedua tahun 2017.
Indra menjelaskan "customs bond" itu dapat digunakan importir dalam negeri sebagai surat jaminan dalam hal pembayaran kepada eksportir di luar negeri.
Begitu juga eksportir di dalam negeri ketika akan mengekspor barang, maka produk penjaminan tersebut dapat digunakan untuk menjamin ketepatan pengiriman barang termasuk mengenai surat-surat yang diperlukan negara-negara tujuan ekspor.
Indra mengungkapkan pelaku usaha akan mendapatkan kemudahan jika memanfaatkan "customs bond" tersebut, sama halnya dengan dua produk dari Jamkrida Bali sebelumnya yakni "surity bond" dan bank garansi.
"Di dalam `customs` bond banyak skema yg dimanfaatkan eksportir dan importir di Bali. Sama dengan produk surity bond dan bank garansi," ucapnya.
Dengan memanfaatkan surat jaminan itu, pelaku usaha tidak perlu menaruh uang dalam jumlah tertentu terlebih dahulu namun dengan adanya jaminan dari Jamkrida Bali mereka tidak perlu melakukan hal tersebut.
Dia menjelaskan pemanfaatan jaminan untuk eksportir dan importir itu sangat potensial digunakan oleh pelaku usaha di Bali.
Meski demikian, Indra melanjutkan, pendapatan dari sektor ekspor dan impor itu sebagian besar masuk ke pemerintah daerah Jawa Timur karena sebagian besar produk ekspor-impor menggunaan peti kemas dari Bali melalui pelabuhan di provinsi tetangga tersebut.
"Ini sangat peluang bagi Bali kalau pemda bagun `port` (pelabuhan ekspor/impor) sedangkan portnya kan di Surabaya padahal eksportirnya dari Bali tetapi yang menerima keutungan itu adalah Jawa Timur. PAD (pendapatan asli daerah) Jawa Timur bertambah," katanya.
Sedangkan melalui jalur udara, kata dia, volume pengiriman ekspor dan impor di Bali tidak begitu besar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"`Customs bond` sedang berjalan dan masih kami koordinasikan dengan Bea Cukai," kata Direktur Jamkrida Bali Indra Putra di Denpasar, Sabtu.
Menurut Indra, produk "customs bond" sebelumnya telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pusat dan ditargetkan dapat beroperasi untuk menjamin kegiatan ekspor dan impor pada semester kedua tahun 2017.
Indra menjelaskan "customs bond" itu dapat digunakan importir dalam negeri sebagai surat jaminan dalam hal pembayaran kepada eksportir di luar negeri.
Begitu juga eksportir di dalam negeri ketika akan mengekspor barang, maka produk penjaminan tersebut dapat digunakan untuk menjamin ketepatan pengiriman barang termasuk mengenai surat-surat yang diperlukan negara-negara tujuan ekspor.
Indra mengungkapkan pelaku usaha akan mendapatkan kemudahan jika memanfaatkan "customs bond" tersebut, sama halnya dengan dua produk dari Jamkrida Bali sebelumnya yakni "surity bond" dan bank garansi.
"Di dalam `customs` bond banyak skema yg dimanfaatkan eksportir dan importir di Bali. Sama dengan produk surity bond dan bank garansi," ucapnya.
Dengan memanfaatkan surat jaminan itu, pelaku usaha tidak perlu menaruh uang dalam jumlah tertentu terlebih dahulu namun dengan adanya jaminan dari Jamkrida Bali mereka tidak perlu melakukan hal tersebut.
Dia menjelaskan pemanfaatan jaminan untuk eksportir dan importir itu sangat potensial digunakan oleh pelaku usaha di Bali.
Meski demikian, Indra melanjutkan, pendapatan dari sektor ekspor dan impor itu sebagian besar masuk ke pemerintah daerah Jawa Timur karena sebagian besar produk ekspor-impor menggunaan peti kemas dari Bali melalui pelabuhan di provinsi tetangga tersebut.
"Ini sangat peluang bagi Bali kalau pemda bagun `port` (pelabuhan ekspor/impor) sedangkan portnya kan di Surabaya padahal eksportirnya dari Bali tetapi yang menerima keutungan itu adalah Jawa Timur. PAD (pendapatan asli daerah) Jawa Timur bertambah," katanya.
Sedangkan melalui jalur udara, kata dia, volume pengiriman ekspor dan impor di Bali tidak begitu besar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017