Denpasar (Antara Bali) - I Made Raka Santeri S.Ag M.Ag (76), mantan wartawan senior Harian Kompas menjalani ritual "padiksaan" menjadi sulinggih, pelayan umat dengan gelar Ida Rsi Bujangga Waisnawa Waskita Sari beserta Ida Rsi Istri Bujangga Waisnawa Waskita Sari.

"Gelar itu disandang setelah dilakukan penyucian oleh Nabe (guru spiritual) Ida Rsi Bujangga Waisnawa Oka Widnyana dari Griya Ubung, kami akan melakukan pelayanan kepada umat dengan penuh ketulusan," kata Ida Rsi Bujangga Waisnawa Waskita Sari usai kegiatan ritual tersebut di Griya Waja Sari Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, pihaknya tidak hanya akan melakukan pengabdian kepada umatnya, namun juga kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Hindu untuk mewujudkan toleransi dan cinta damai dalam beragama.

Menurutnya, intisari dalam kehidupan beragama yakni mengedepankan cinta kasih dan selalu menghormati antarumat beragama.

Hal itu, penting disadari oleh masyarakat, khususnya umat Hindu dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sementara tanah air menghadapi tantangan yang cukup berat dengan adanya fenomena belakangan ini.

"Untuk itu kami akan mengangkat kembali tesis yang sudah pernah kami buat mengenai persamaan-persamaan agama Hindu dan Islam yang ada di Desa Kepaon, Denpasar Selatan, Bali," ujar Ida Rsi yang sempat menyelesaikan pendidikan program magister (S-2) Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar.

Selain itu, pihaknya juga membagikan buku karangannya sendiri kepada sejumlah undangan yang telah diterbitkan sejak tahun 2000 tentang imbauan dan ajakan masyarakat untuk bersatu antarumat bergama.

Ida Rsi menambahkan, pihaknya berlatar belakang sebagai wartawan dan penulis akan tetap melanjutkan kemampuannya, namun fokus tulisannya mengenai upaya peningkatakan kualitas rohani dan spiritual masyarakat.

Hal tersebut sebagai bentuk implementasi seorang sulinggih dalam memberikan dan membagikan ilmu pengetahuannya sebagai salah satu bentuk "yadnya" atau korban suci.

Pada kesempatan itu pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar melakukan "yadnya" maupun upakara agar selalu mengutamakan ketulusan dan penuh syukur.

"Kami sebagai sulinggih juga belajar menyerahkan sepenuhnya jiwa dan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehinnga mampu menjalankan kewajiban dengan baik," ujarnya.

Oleh karena itu setiap tantangan menjadi sulinggih merupakan berkah dan memandang semua yang terjadi adalah baik, tidak lagi membedakan benar atau salah sesuai dengan ajaran Hindu.

Untuk itu, pihaknya akan terus meningkatkan kualitas diri sehinnga mampu memandang kesalahan yang ada menemukan sisi kebaikannya. Tetapi sebuah keberuntungan dengan salah memaknai akan menjadi sebuah keburukan, ujarnya.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana memberikan apresiasi atas keiklasan Ida Rsi memberikan pelayanan spiritual kepada umat.

Hal itu dinilai sangat penting karena sulinggih di Bali hingga kini jumlahnya sangat terbatas yakni sekitar 3.200 orang (suami-istri) dan umurnya sebagian besar sudah usia lanjut, ujarnya. (WDY)

Video oleh Wayan Artaya


Pewarta: Pewarta: I Wayan Artaya

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017