Gianyar (Antara Bali) - Kelompok tani penerima program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) 096 di Desa Saba, Kabupaten Gianyar, Bali, memanfaatkan teknologi dari Jepang untuk memproduksi pupuk organik guna memasok kebutuhan para petani di Pulau Dewata.

"Kami kerja sama dengan Jepang (JICA) dalam pengolahan pupuk yang saat ini masih berjalan," kata Ketua Gabungan Kelompok Tani Tumang Sejahtera Simantri 096 Banjar (dusun) Blangsinga Blabatuh I Made Astawa ketika Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol Setda Provinsi Bali meninjau program itu di Desa Saba, Kabupaten Gianyar, Selasa.

Menurut Astawa, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Osaki, Jepang yang difasilitasi "Japan International Corporation Agency " (JICA) dan Pemprov Bali.

Dia menjelaskan pengolahan pupuk dengan fermentasi secara alami tanpa menggunakan bahan kimia menghasilkan pupuk yang tidak berbau kotoran.

"Teknik di Jepang (bahan pupuk) harus ditimbun membentuk gunungan kemudian tiap hari suhu diukur dengan alat khusus dari Jepang," ucapnya menambahkan hasil pengukuran suhu itu juga diteruskan ke Osaki, Jepang melalui surat elektronik.

Perwakilan kelompok tani setempat juga sempat mendapatkan pelatihan pengolahan pupuk organik di Jepang dan tim dari negeri matahari terbit tersebut juga bertandang ke Simantri 096 sekaligus melakukan evaluasi.

Setiap bulannya, kelompok tani beranggotakan 25 orang petani itu mampu menghasilkan sekitar lima ton pupuk organik yang memanfaatkan kotoran ternak sapi yang saat ini dipelihara mencapai 35 ekor.

Astawa menjelaskan tahun 2015, Simantri 096 tersebut dipercaya Pemprov Bali untuk memproduksi pupuk organik dengan kapasitas sebesar 12.500 ton guna menyuplai kebutuhan di Bali.

Pihaknya menggandeng delapan simantri berbadan hukum dan kelompok tani lainnya untuk bersama memproduksi pupuk organik.

Pemprov Bali memberikan subsidi sebesar Rp10 miliar untuk produksi pupuk organik itu dengan harga jual per kilogramnya kepada petani mencapai Rp150, atau disubsidi Rp800 dari harga awal Rp950 per kilogram.

Selain memproduksi pupuk organik, Astawa menambahkan Simantri 096 juga mampu mengembangkan ekonomi petani dengan mendirikan koperasi simpan pinjam KSU Sapitik Karya Dharma Bakti dengan anggota sekitar 279 orang.

Setelah dua tahun berjalan, lanjut dia, koperasi itu kini memiliki aset sekitar Rp2,7 miliar dengan salah satu fasilitasnya adalah memberikan kredit kepada petani dengan besaran bunga menurun sebesar dua hingga 2,5 persen.

Pemprov Bali sejak tahun 2009 memberikan bantuan dana program Simantri sekitar Rp250 juta kepada masing-masing kelompok tani di Bali.

Bantuan itu digunakan di antaranya untuk membeli 20 sapi indukan, membuat kandang koloni, digester biogas simantri, instalasi pengolahan urine, kompos dan sebagainya.

Hingga tahun 2016 sudah terbentuk sekitar 632 Simantri di seluruh Bali dan tahun ini rencanannya Pemprov Bali akan menambah hingga 100 unit. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017