Jakarta (Antara Bali) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara
mengatakan berita palsu atau hoax kini sudah menjadi masalah global,
tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di berbagai negara lain.
"Berita hoax itu tidak hanya menjadi isu nasional, tetapi sudah menjadi isu global. Saya baca berita jubir Kemenlu Rusia mendesak PBB membuat strategi melawan berita palsu," ujar dia dalam acara World Press Freedom Day 2017 di Jakarta, Selasa.
Hal itu, menurut Rudiantara, menunjukkan masalah berita palsu tidak hanya merupakan hal serius, tetapi sudah menjadi perhatian global.
Ada pun di Indonesia, ia menilai semua pihak sudah mulai bergerak yang didukung pemerintah seperti membuat deklarasi masyarakat antihoax.
Pewarta pada pekan lalu juga telah meluncurkan Jaringan Wartawan Antihoax (Jawarah) dengan keanggotaan yang jelas dan dapat melakukan klarifikasi.
Menkominfo meminta media arus utama membantu menyaring berita palsu dengan melakukan verifikasi dan klarifikasi karena hoax muncul sebagian besar dari media sosial.
"Hoax muncul kebanyakan dari media sosial, bagi mereka yang penting kecepatan, akurasi bukan nomor satu. Jadi kami berharap pada media mainstream untuk membantu menyaring," ucap dia.
Media sosial yang memiliki banyak pengguna seperti Facebook dinilainya juga sudah mulai melawan berita palsu.
Menkominfo sebelumnya telah mengritisi tindakan sejumlah pihak tak bertanggung jawab yang memanfaatkan bebasnya keterbukaan informasi di Indonesia untuk menyebarkan kabar palsu kepada masyarakat.
Pemerintah pun telah berupaya untuk melawan kabar palsu dengan membuat Undang Undang ITE, memblokir situs-situs yang memuat perjudian, penipuan juga isu SARA, tetapi usaha tersebut tak akan cukup jika tidak dibarengi oleh peran serta masyarakat dan para pegiat jurnalistik itu sendiri. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Berita hoax itu tidak hanya menjadi isu nasional, tetapi sudah menjadi isu global. Saya baca berita jubir Kemenlu Rusia mendesak PBB membuat strategi melawan berita palsu," ujar dia dalam acara World Press Freedom Day 2017 di Jakarta, Selasa.
Hal itu, menurut Rudiantara, menunjukkan masalah berita palsu tidak hanya merupakan hal serius, tetapi sudah menjadi perhatian global.
Ada pun di Indonesia, ia menilai semua pihak sudah mulai bergerak yang didukung pemerintah seperti membuat deklarasi masyarakat antihoax.
Pewarta pada pekan lalu juga telah meluncurkan Jaringan Wartawan Antihoax (Jawarah) dengan keanggotaan yang jelas dan dapat melakukan klarifikasi.
Menkominfo meminta media arus utama membantu menyaring berita palsu dengan melakukan verifikasi dan klarifikasi karena hoax muncul sebagian besar dari media sosial.
"Hoax muncul kebanyakan dari media sosial, bagi mereka yang penting kecepatan, akurasi bukan nomor satu. Jadi kami berharap pada media mainstream untuk membantu menyaring," ucap dia.
Media sosial yang memiliki banyak pengguna seperti Facebook dinilainya juga sudah mulai melawan berita palsu.
Menkominfo sebelumnya telah mengritisi tindakan sejumlah pihak tak bertanggung jawab yang memanfaatkan bebasnya keterbukaan informasi di Indonesia untuk menyebarkan kabar palsu kepada masyarakat.
Pemerintah pun telah berupaya untuk melawan kabar palsu dengan membuat Undang Undang ITE, memblokir situs-situs yang memuat perjudian, penipuan juga isu SARA, tetapi usaha tersebut tak akan cukup jika tidak dibarengi oleh peran serta masyarakat dan para pegiat jurnalistik itu sendiri. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017