Jakarta (Antara Bali) - Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri mengusulkan adanya penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika kedua.

"Sudah saatnya kita pikirkan dengan serius Konferensi Asia-frika, mungkin yang disebut kedua," kata Megawati dalam acara "Peringatan 62 Tahun KAA" di Istana Negara Jakarta, Selasa.

Megawati menyampaikan hal itu di hadapan Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, para menteri Kabinet Kerja dan duta besar negara sahabat.

KAA pertama berlangsung pada 18 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, yang diikuti 29 negara. Tujuannya adalah mendorong kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme
 
"Sudah saatnya kita mengevaluasi berbagai problem akibat globalisasi dan pasar bebas ini. Dunia mengakui KAA penting dan berguna bagi kehidupan serta keberlangsungan peradaban dunia masa sekarang sampai akan datang," tambah Megawati.

KAA kedua menurut Megawati diperlukan salah satu sebabnya karena dunia terkoneksi satu sama lain saat ini.       "Saya yakin tidak ada yang tidak terkoneksi dewasa ini, semua saling terkait. Saatnya kita membangun otokritik sekaligus dialektika dengan menggunakan peristiwa sejarah konferensi Asia-Afrika tahun 1955 sebagai pisau yang tajam yaitu pisau analisa," ungkap Megawati.

Ia pun mengajak para pemimpin negara berdiskusi untuk membuat satu pemahaman mengenai masa depan bangsa-bangsa Asia-Afrika.

"Mari kita duduk bersama untuk merumuskan dan menyepakati pemahaman bersama berbagai problem yang lahir di abad 21 ini. Putuskan bersama langkah strategi dan solusi, jalankan bersama  Dasasila Bandung secara konsekuen, transparan dan berkelanjutan oleh seluruh bangsa Asia Afrika," tambah Megawati.

Utamanya terkait dengan adanya konflik yang terjadi di negara-negara Asia-Afrika pun terjadi berbagai konflik. "Ada yang akibat perebutan wilayah bahkan tidak sedikit pertikaian terjadi akibat percikan-percikap api isu SARA yang mengarah pada disintegrasi. Terkadang atas nama argumentasi masing-masing agama penghilangan nyawa pun dianggap suatu kebenaran. Tanggung jawab kita semua, jangan menjadi kaum yang memunggungi sejarah bahkan meninggalkan sejarah persaudaraan dan perdamaian para pendiri bangsa," tegas Megawati. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017