Gianyar (Antara Bali) - Kabupaten Gianyar, Bali, melakukan gerakan penanaman cabai rawit merah di Subak Buluh Desa Guwang Sukawati, yang disaksikan Kasi Teknologi Tanaman Obat Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, Kementerian Pertanian, Lilis Suhaeti.
"Hal itu merupakan tindak lanjut dari naskah kerja sama antara Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (DKPKP) Kabupaten Gianyar dengan Ketua Tim Penggerak PKK setempat untuk meningkatkan produksi pertanian dan pemenuhan gizi keluarga," kata Kepala DKPKP Gianyar, Ir. Dewi Hariani, Kamis.
Ia mengatakan, cabai rawit merah merupakan komoditas sayuran yang telah diusahakan sejak dulu oleh masyarakat tani di Desa Guwang Sukawati.
"Budidaya cabai dilakukan dengan sitem monokultur, tumpangsari dengan komoditas sayuran lainnya. Saat musim tertentu ditumpangsarikan dengan komoditas perkebunan tembakau," katanya.
Menurut dia, pola tersebut sangat menguntungkan bagi petani karena dapat mempertahankan harga dan meningkatkan intensitas penanaman dan menambah pendapatan petani pada sentra produksi tersebut.
"Namun kadang terjadi sebaliknya, karena saat harga cabai melonjak, justru petani tidak dapat menikmati untung karena permainan tengkulak. Bahkan tidak sedikit petani yang mengaku merugi jika dikalkulasi dengan biaya perawatan yang telah dikeluarkan," ujarnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui DKKP pada tahun 2017 memberikan rangsangan dengan membantu kelompok tani (subak) dalam kegiatan pengembangan tanaman cabai rawit merah seluas 50 hektare.
Untuk itu, pihaknya memberikan bantuan alat, prasarana dan sarana produksi seperti 10 unit cultivator, 20 unit mesin pemotong rumput, dan 50 unit hand sprayer.
Selain itu juga diserahkan bantuan sarana produksi seperti pupuk NPK, pupuk ZA, kapur pertanian, pupuk organik, dan pupuk organik cair.
Sementara itu, Kasi Teknologi Tanaman Obat Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Lilis Suhaeti, mengatakan bantuan yang diberikan pada masing-masing daerah itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan atau lahan dari petanian di lapangan.
Kementerian Pertanian kini juga memiliki program penanaman cabai dalam polibag. Tujuannya, agar ibu-ibu rumah tangga tidak membeli cabai di pasar sekaligus mengurangi ketergantungan dengan harga cabai.
Ia mengharapkan Tim PKK bekerja sama untuk mau menanam cabai di rumah masing-masing. Jika tidak meiliki lahan luas, maka tanam saja di polybag sebagai solusinya.
Terkait penanaman cabai tersebut, nantinya juga akan diberikan bantuan 10 ribu bibit cabai untuk seluruh wilayah Indonesia dari Kementerian Pertanian RI.
Sementara itu, Pekaseh Subak Buluh, Desa Guwang Sukawati, I Made Diarta, mengatakan luas lahan pertanian yang akan ditanami cabai seluas 12 ha dengan pola tanam secara bertahap.
Dalam kesempatan itu, Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny. Surya Adnyani Mahayastra mengharapkan melalui gerakan penanaman cabai dapat menekan harga cabai di pasaran.
"Jika setiap rumah tangga menanam minimal 10 pohon, maka hal itu sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Hal itu merupakan tindak lanjut dari naskah kerja sama antara Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (DKPKP) Kabupaten Gianyar dengan Ketua Tim Penggerak PKK setempat untuk meningkatkan produksi pertanian dan pemenuhan gizi keluarga," kata Kepala DKPKP Gianyar, Ir. Dewi Hariani, Kamis.
Ia mengatakan, cabai rawit merah merupakan komoditas sayuran yang telah diusahakan sejak dulu oleh masyarakat tani di Desa Guwang Sukawati.
"Budidaya cabai dilakukan dengan sitem monokultur, tumpangsari dengan komoditas sayuran lainnya. Saat musim tertentu ditumpangsarikan dengan komoditas perkebunan tembakau," katanya.
Menurut dia, pola tersebut sangat menguntungkan bagi petani karena dapat mempertahankan harga dan meningkatkan intensitas penanaman dan menambah pendapatan petani pada sentra produksi tersebut.
"Namun kadang terjadi sebaliknya, karena saat harga cabai melonjak, justru petani tidak dapat menikmati untung karena permainan tengkulak. Bahkan tidak sedikit petani yang mengaku merugi jika dikalkulasi dengan biaya perawatan yang telah dikeluarkan," ujarnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui DKKP pada tahun 2017 memberikan rangsangan dengan membantu kelompok tani (subak) dalam kegiatan pengembangan tanaman cabai rawit merah seluas 50 hektare.
Untuk itu, pihaknya memberikan bantuan alat, prasarana dan sarana produksi seperti 10 unit cultivator, 20 unit mesin pemotong rumput, dan 50 unit hand sprayer.
Selain itu juga diserahkan bantuan sarana produksi seperti pupuk NPK, pupuk ZA, kapur pertanian, pupuk organik, dan pupuk organik cair.
Sementara itu, Kasi Teknologi Tanaman Obat Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Lilis Suhaeti, mengatakan bantuan yang diberikan pada masing-masing daerah itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan atau lahan dari petanian di lapangan.
Kementerian Pertanian kini juga memiliki program penanaman cabai dalam polibag. Tujuannya, agar ibu-ibu rumah tangga tidak membeli cabai di pasar sekaligus mengurangi ketergantungan dengan harga cabai.
Ia mengharapkan Tim PKK bekerja sama untuk mau menanam cabai di rumah masing-masing. Jika tidak meiliki lahan luas, maka tanam saja di polybag sebagai solusinya.
Terkait penanaman cabai tersebut, nantinya juga akan diberikan bantuan 10 ribu bibit cabai untuk seluruh wilayah Indonesia dari Kementerian Pertanian RI.
Sementara itu, Pekaseh Subak Buluh, Desa Guwang Sukawati, I Made Diarta, mengatakan luas lahan pertanian yang akan ditanami cabai seluas 12 ha dengan pola tanam secara bertahap.
Dalam kesempatan itu, Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny. Surya Adnyani Mahayastra mengharapkan melalui gerakan penanaman cabai dapat menekan harga cabai di pasaran.
"Jika setiap rumah tangga menanam minimal 10 pohon, maka hal itu sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017