Mangupura (Antara Bali) - Permintaan daging babi pada sejumlah rumah potong hewan di Kabupaten Badung, Bali, melonjak menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, meskipun isu penyakit Meningitis Streptococcus Suis atau meningitis babi sempat marak di Pulau Dewata.

"Memang saat isu penyakit ini ramai diberitakan sempat terjadi penurunan omzet penjualan. Namun, saat ini kembali banyak permintaan dari pengepul dan konsumen yang datang langsung ke tempat kami," ujar seorang pemilik usaha rumah potong babi di Banjar Bersih, Darmasaba, Badung, I Ketut Suwita, Senin.

Ia mengatakan, permintaan daging babi menjelang Hari Raya Galungan mencapai tujuh ekor babi atau 700 kilogram (kg) dan saat ini sudah laku terjual kepada pelanggan tetapnya yang berjualan di Pasar Badung dan sekitarnya.

"Biasanya saya sering memotong dua ekor babi per harinya dengan berat babi lebih dari 50 kg per ekornya," ujarnya.

Untuk harga daging babi saat ini, diakuinya, cenderung stabil kisaran harga Rp25.000 per kilogram. Namun, saat dijual dipasaran harga daging babi ini dijual pedangan sekitar Rp52.000 per kilogramnya," ujarnya.

Ia mengakui, isu meningitis babi itu diakibatkan karena cara pengolahannya yang kurang tepat, misalnya saat memasak makanan lawar Bali (yang merupakan makanan khas di Pulau Dewata) masih menggunakan darah merah, tanpa dimasak dahulu.

"Namun saat ini permintaan darah babi juga masih tergolong normal, meskipun sempat konsumen takut membeli darah babi ini," ujarnya.

Ia mengakui, saat merebaknya isu penyakit meningitis babi itu, omzet penjualannya sempat menurun drastis, karena konnsumen takut mengonsumsi daging hewan tersebut.

"Saat isu ini ramai, sempat permintaan daging babi menurun selama tiga hari, karena masyarakat takut membeli daging ini. Namun, saat ini, permintaan daging babi sudah berangsur normal," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Surya

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017