Denpasar (Antara Bali) - Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Bali meminta Badan Narkotika Nasional (BNN) di daerah itu gencar melakukan sosialisasi lewat media sosial guna lebih banyak menyasar generasi muda.
"Selama ini BNN mengalami kesulitan dalam mengedukasi atas bahaya narkoba di kalangan generasi muda. Cara tradisonal-konvensional dengan biaya tinggi dirasa sebagian besar masyarakat kurang efektif," kata Sekretaris DPP Peradah Bali, KA Widiantara di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, sudah saatnya peran teknologi informasi digunakan. Konten dan fitur yang kaya visual mesti dikedepankan agar pesan yang disampaikan kepad audience lebih efektif dan efesien.
Upaya dan keterlibatan generasi muda dalam memerangi narkotika juga dinilai hangat-hangat tahi ayam. Antusiasme hanya bersifat jangka pendek, sementara dan seremonial.
"Kegelisahan atas bahaya Narkoba belum dirasakan semua lapisan, hanya Pemerintah dan instansi tertentu saja yang ngotot," katanya.
Ia menambahkan, bahaya narkoba yang mengancam terutama Bali sebagai destinasi Pariwisata dunia sudah barang tentu menjadi incaran. Sudah banyak pula korban berjatuhan dari anak muda karena kecanduan obat terlarang tersebut.
Sementara, langkah preventif maupun edukasi selama ini kurang diminati dan dianggap hal yang biasa. Padahal pesan atau kampanye atas bahaya narkoba, mesti terus digelorakan mengingat peredaran narkoba terus gencar dilakukan sehingga merusakan masa depan generasi muda.
Dikatakan pula, sudah saatnya edukasi yang dilakukan di ruang maya, yakni media sosial. Hal ini dinlai strategis karena aktivitas seperti interkasi dan komunikasi nyaris tanpa jeda dilakaukan di akun-akun media sosial.
"BNNP mesti memiliki terobosan untuk mendekati anak muda di media sosial. Kontennya tentu harus menarik," katanya.
Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Umum BNNP Bali, Sang Gede Sukawiyasa mengakui bahwa kewalahan dalam melakukan edukasi mengenai bahaya narkoba khususnya untuk segmen generasi muda.
Selama ini pihaknya telah melakukan berbagai upaya, seperti tatap muka langsung, sosialisasi menggunakan media mainstream, hingga penyebaran flyer atas ancaman Narkoba.
"Dan sekarang kita mencoba terapkan sms blast. Jadi setiap saat kami mengirimkan informasi bahaya narkoba dengan pesan yang berbeda-beda," jelasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Selama ini BNN mengalami kesulitan dalam mengedukasi atas bahaya narkoba di kalangan generasi muda. Cara tradisonal-konvensional dengan biaya tinggi dirasa sebagian besar masyarakat kurang efektif," kata Sekretaris DPP Peradah Bali, KA Widiantara di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, sudah saatnya peran teknologi informasi digunakan. Konten dan fitur yang kaya visual mesti dikedepankan agar pesan yang disampaikan kepad audience lebih efektif dan efesien.
Upaya dan keterlibatan generasi muda dalam memerangi narkotika juga dinilai hangat-hangat tahi ayam. Antusiasme hanya bersifat jangka pendek, sementara dan seremonial.
"Kegelisahan atas bahaya Narkoba belum dirasakan semua lapisan, hanya Pemerintah dan instansi tertentu saja yang ngotot," katanya.
Ia menambahkan, bahaya narkoba yang mengancam terutama Bali sebagai destinasi Pariwisata dunia sudah barang tentu menjadi incaran. Sudah banyak pula korban berjatuhan dari anak muda karena kecanduan obat terlarang tersebut.
Sementara, langkah preventif maupun edukasi selama ini kurang diminati dan dianggap hal yang biasa. Padahal pesan atau kampanye atas bahaya narkoba, mesti terus digelorakan mengingat peredaran narkoba terus gencar dilakukan sehingga merusakan masa depan generasi muda.
Dikatakan pula, sudah saatnya edukasi yang dilakukan di ruang maya, yakni media sosial. Hal ini dinlai strategis karena aktivitas seperti interkasi dan komunikasi nyaris tanpa jeda dilakaukan di akun-akun media sosial.
"BNNP mesti memiliki terobosan untuk mendekati anak muda di media sosial. Kontennya tentu harus menarik," katanya.
Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Umum BNNP Bali, Sang Gede Sukawiyasa mengakui bahwa kewalahan dalam melakukan edukasi mengenai bahaya narkoba khususnya untuk segmen generasi muda.
Selama ini pihaknya telah melakukan berbagai upaya, seperti tatap muka langsung, sosialisasi menggunakan media mainstream, hingga penyebaran flyer atas ancaman Narkoba.
"Dan sekarang kita mencoba terapkan sms blast. Jadi setiap saat kami mengirimkan informasi bahaya narkoba dengan pesan yang berbeda-beda," jelasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017