Wisatawan mancanegara yang berlibur ke Bali, terutama dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik, sangat tertarik dan menyenangi keindahan panorama alam dan objek wisata, di samping kesenian dan budaya yang dilestarikan masyarakat Pulau Dewata.

Masyarakat internasional yang berlibur ke Bali yang setiap tahunnya hampir lima juta orang itu, sekitar 60 persen di antaranya dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang menyenangi keindahan panorama alam serta objek-objek wisata unik dan menarik.

Atas dasar itu pula, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta didampingi wakilnya Made Kasta melihat dari dekat kondisi sejumlah gua warisan zaman penjajahan Jepang di Kecamatan Banjarangkan dengan harapan dapat ditata untuk dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik bagi pelancong.

Sebanyak 16 gua yang dibuat oleh tentara Jepang pada tahun 1941-1942, atau sekitar 76 tahun silam sebagai lokasi perlindungan para tentara mereka dalam upaya mempertahankan diri dari serangan tentara sekutu pada masa Perang Dunia II.

Gua dengan kedalaman mencapai 14 meter, satu sama lainnya saling dihubungkan oleh sebuah lorong memanjang arah Utara-Selatan, berlokasi di jalur strategis, tutur Wayan Muliarsa dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali.

Pemkab Klungkung selama ini belum berani malakukan penataan terhadap gua warisan penjajah zaman Jepang itu karena sudah dimasukkan kategori cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya wilayah Bali NTB dan NTT.

Padahal berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Manajemen Pengelolaan Cagar Budaya yang bersifat partisipatif, yakni pengelolaan cagar budaya melibatkan berbagai pihak yang terdiri dari masyarakat, akademisi, pihak swasta dan pemerintah daerah.

Untuk itu Wayan Muliarsa yang menyambut kedatangan Bupati I Nyoman Suwirta di lokasi gua tersebut mengaku sangat mengapresiasi langkah Pemkab Klungkung dalam mengelola Goa Jepang. Karena Pemerintah Daerah baik tingkat provinsi dan kabupaten/kota mempunyai peran penting, dalam perlindungan dan pengembangan, serta pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan masyarakat dan umum.

Oleh sebab itu dalam penataan ulang objek Goa Jepang tersebut melibatkan petugas Badan Geologi dalam pengembangan dan pemanfaatan cagar Budaya Goa Jepang. Hal itu untuk mengetahui struktur dan kekuatan Goa Jepang yang sudah berumur lebih dari setengah abad.

Balai Pelestarian Cagar Budaya wilayah Bali NTB dan NTT akan membantu secara maksimal Pemkab Klungkung dalam pengembangan dan pemanfaatan cagar Budaya Goa Jepang agar menjadi objek wisata unik dan menarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri saat menikmati liburan di Bali.

Di Tebing Lekung

Puluhan gua warisan zaman penjajahan Jepang itu berjejer pada sebuah tebing lengkung cukup tinggi, mengikuti kontur pinggir jalan berkelok sebelah kanan arah Denpasar ke Semarapura, tepat sebelum melintas sebuah jembatan melintangi atas Tukad (sungai, red) Bubuh.

Posisi Goa Jepang di Kabupaen Klungung itu mirip dengan Goa Jepang Kawangkoan Minahasa, yang sama-sama dibuat di pinggir jalan, namun kondisi Goa Jepang di Bali itu memiliki lubang lebih banyak dengan lingkungan sekitar lebih baik.

Meskipun tebingnya tidak seindah dan setinggi Goa Jepang di Taman Hutan Raya Juanda Bandung, namun rimbun tanaman perdu pada tebing atas Goa Jepang Klungkung cukup membuat teduh para pengunjung.

Demikian pula taman hijau yang subur dan tertata rapi di seberang tebing gua menjadi pemandangan lebih menarik ketimbang lubang-lubang gua bisu. Jika saja disampingnya ada warung kecil dengan penjaga siap mengantar tamu masuk ke dalam gua, tentu akan lebih menarik.

Oleh sebab itu Bupati Klungkung Nyoman Suwirta setelah mendapat masukan dari petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali Wayan Muliarsa langsung perintahnkan stafnya Kepala Dinas Pekerjaan Umum untuk merancang ulang penataan Goa Jepang tersebut.

Ia mengaku, sebenarnya sejak tahun 2014 sudah merencanakan untuk pengembangan Goa Jepang itu sebagai objek wisata, namun yang dirancang bukan penataan bagian guanya, namun sisi selatan gua.

Karena itu Dinas Pekerjaan Umum diinstruksikan untuk merancang ulang seluruh rencana penataan Goa Jepang dengan melibatkan lebih banyak pihak terkait, sekaligus pengalokasian dana dari APBD setempat guna menggarap penataan objek wisata tersebut.

Bupati I Nyoman Suwirta dan wakilnya Made Kasta dengan diantar Wayan Muliarsa sempat menyusuri Goa Jepang hingga turun ke sungai Tukad Bubuh yang terletak di bawah jembatan Goa Jepang tersebut.

Kawasan sekitar Goa Jepang Klungkung tersebut sesungguhnya memiliki pemandangan panorama alam cukup indah dengan aneka jenis tumbuhan hijau yang subur pada tebing atasnya serta jalan mulus berkelok disampingnya.

Terdapat pula areal samping gua untuk parkir kendaraan pengunjung. Di sekitar gua tersebut ada taman dengan patung binatang kecil seperti seekor rusa berdiri pada punggung gajah berukuran besar yang terawat dengan baik.

Pemerintah Kabupaten Klungkung sejak dini sebenarnya telah menaruh perhatian untuk merawat gua-gua warisan zaman Jepang tersebut serta membuat taman yang indah di sekitarnya.

Gua-gua tersebut senantiasa mendapat kunjungan dari wisatawan mancanegara maupun nusantara berkat memiliki pesona keindahan yang menarik dan unik. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017