Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali menargetkan selama 2017 dapat memvaksinasi 515 ribu anjing yang akan disasar melalui vaksinasi massal rabies dan penyisiran.
"Vaksinasi massal akan dilakukan dari April sampai Juli, setelah itu hingga Desember akan dilakukan penyisiran," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Putu Sumantra, di Denpasar, Selasa.
Dia mengemukakan, vaksin antirabies (VAR) yang dibiayai dari APBN untuk 2017 sebanyak 400 ribu dosis, namun pihaknya juga kembali minta ke pemerintah pusat sebanyak 75 ribu dosis dan sudah dijanjikan kalau kurang akan dipenuhi.
"Jumlah itu belum termasuk yang diadakan dari kabupaten/kota sekitar 65 ribu dosis," ujar Sumantra.
Pihaknya menyatakan kendala utama dalam memvaksin semua populasi anjing di Bali karena masih banyak anjing liar dan anjing yang memang sengaja dibuang oleh pemiliknya.
"Untuk itu, kami harapkan bagi masyarakat yang anjingnya sudah divaksin, jangan sampai tandanya dihilangkan. Kalau ada anjing yang tidak bisa divaksin, kami akan turunkan tim untuk mengeliminasi," ucapnya.
Untuk mengefektifkan pelaksanaan vaksinasi, di setiap kecamatan akan ada petugas training of trainers (TOT), demikian juga di setiap desa akan dilatih masing-masing dua kader desa.
"Kader ini yang akan menginformasikan dimana ada anjing yang belum divaksin, yang bisa ditangkap, kita langsung turun. Dengan demikian bisa semuanya disasar," kata Sumantra.
Pada 2016, lanjut dia, jumlah anjing yang divaksinasi sebanyak 465 ribu ekor. "Itupun tetap dihadapkan pada kendala masih banyaknya anjing liar," katanya.
Selain itu, pihaknya juga berencana mengajak kalangan pariwisata di daerah itu untuk mengarahkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam upaya mengontrol jumlah populasi anjing.
Menurut dia, metode untuk mengontrol populasi anjing dapat melalui kastrasi pada anjing jantan, maupun sterilisasi pada anjing betina.
Dengan metode seperti ini, sejumlah kabupaten/kota yang sudah melakukannya, terbukti cukup efektif untuk menekan kasus rabies.
"Memang selama ini kontrol populasi sudah dilakukan, tetapi jumlahnya masih sedikit-sedikit dan belum terkoordinasi dengan baik. Dengan keterlibatan kalangan pariwisata, kami harapkan jumlah yang disasar semakin banyak," ucap Sumantra. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Vaksinasi massal akan dilakukan dari April sampai Juli, setelah itu hingga Desember akan dilakukan penyisiran," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Putu Sumantra, di Denpasar, Selasa.
Dia mengemukakan, vaksin antirabies (VAR) yang dibiayai dari APBN untuk 2017 sebanyak 400 ribu dosis, namun pihaknya juga kembali minta ke pemerintah pusat sebanyak 75 ribu dosis dan sudah dijanjikan kalau kurang akan dipenuhi.
"Jumlah itu belum termasuk yang diadakan dari kabupaten/kota sekitar 65 ribu dosis," ujar Sumantra.
Pihaknya menyatakan kendala utama dalam memvaksin semua populasi anjing di Bali karena masih banyak anjing liar dan anjing yang memang sengaja dibuang oleh pemiliknya.
"Untuk itu, kami harapkan bagi masyarakat yang anjingnya sudah divaksin, jangan sampai tandanya dihilangkan. Kalau ada anjing yang tidak bisa divaksin, kami akan turunkan tim untuk mengeliminasi," ucapnya.
Untuk mengefektifkan pelaksanaan vaksinasi, di setiap kecamatan akan ada petugas training of trainers (TOT), demikian juga di setiap desa akan dilatih masing-masing dua kader desa.
"Kader ini yang akan menginformasikan dimana ada anjing yang belum divaksin, yang bisa ditangkap, kita langsung turun. Dengan demikian bisa semuanya disasar," kata Sumantra.
Pada 2016, lanjut dia, jumlah anjing yang divaksinasi sebanyak 465 ribu ekor. "Itupun tetap dihadapkan pada kendala masih banyaknya anjing liar," katanya.
Selain itu, pihaknya juga berencana mengajak kalangan pariwisata di daerah itu untuk mengarahkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam upaya mengontrol jumlah populasi anjing.
Menurut dia, metode untuk mengontrol populasi anjing dapat melalui kastrasi pada anjing jantan, maupun sterilisasi pada anjing betina.
Dengan metode seperti ini, sejumlah kabupaten/kota yang sudah melakukannya, terbukti cukup efektif untuk menekan kasus rabies.
"Memang selama ini kontrol populasi sudah dilakukan, tetapi jumlahnya masih sedikit-sedikit dan belum terkoordinasi dengan baik. Dengan keterlibatan kalangan pariwisata, kami harapkan jumlah yang disasar semakin banyak," ucap Sumantra. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017