Singaraja (Antara Bali) - Kalangan nelayan di Desa Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, mengeluhkan penyaluran asuransi belum merata di wilayah tersebut utamanya kepada masyarakat tergolong miskin.

"Masih banyak di wilayah kami yang belum mendapatkan asuransi. Saya lihat baru sedikit yang dapat. Masyarakat miskin juga banyak yang belum," kata Made Kardi, salah satu nelayan di desa tersebut, Sabtu.

Ia mengatakan, nelayan sangat membutuhkan jaminan asuransi karena pekerjaannya mencari ikan di laut sangat rentan terdampak musibah dari kecelakaan hingga kematian.

Apalagi, kata dia, ketika musim tidak menentu seperti saat ini. Kadang kala nelayan terpaksa melaut dengan mengesampingkan mara bahaya demi mencari penghidupan.

"Kami kalau tidak melaut ya tidak makan. Kadang kami takutkan di musim saat ini yang sangat tidak menentu dan juga gelombang tinggi. Kami hanya ingin dapat jaminan asuransi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," papar dia.

Kehidupan sebagai nelayan, kata Kardi, memang hampir setiap hari dihadapkan pada resiko. "Kami bekerja di tengah lautan lepas dimana jika terjadi musibah, tidak ada seorangpun yang dapat membantu kecuali kami sendiri," imbuhnya.

Kedepan, harapan besar nelayan di daerah itu bahwa pemerintah lebih memberikan perhatian kepada mereka yang benar benar miskin atau tidak mampu dan memerlukan bantuan.

"Harapan kami hanya itu saja. Mudah-mudahan didengar pemerintah," terangnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan program asuransi nelayan dari pemerintah pusat dapat terus dilanjutkan pada 2017 karena bermanfaat bagi nelayan.

Saat ini, kartu asuransi nelayan di Pulau Dewata tersebar untuk para nelayan dari delapan kabupaten/kota yakni untuk nelayan di Kabupaten Badung (512), Tabanan (427), Jembrana (3.500), Buleleng (2.800), Karangasem (1.869), Klungkung (333), Gianyar (408), dan Kota Denpasar (367). (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017