Denpasar (Antara Bali) - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menilai jumlah hotel di Pulau Dewata sudah melebihi kapasitas yang tidak diimbangi dengan banyaknya tingkat hunian (okupansi) yang terisi wisatawan.

"PHRI Bali mencatat jumlah hotel di Bali baik itu hotel berbintang lima hingga non berbintang mencapai 130.000 hotel dengan total kamar kurang lebih mencapai 47 juta," kata Ketua PHRI Bali Tjokorda di Denpasar, Jumat.

Pria, yang sering disapa Tjok Ace dalam acara diskusi pengembangan pariwisata Bali yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Kantor Perwakilan Kompas Bali itu, menyatakan pihaknya mengakui jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik yang datang ke Bali setiap tahunnya kurang lebih 10 juta orang.

"Sehingga, apabila dihitung lamanya wisatawan itu menginap tiga hari di Pulau Dewata maka tercatat tingkat hunian hotel atau okupansi hotel hanya terpenuhi 30 juta per `room night` dari total 47 juta kamar," katanya.

Oleh sebab itu, ia mengatakan untuk tingkat okupansi hotel berbintang dan non berbintang di Bali hanya 40 persen karena masih ada 17 juta kamar yang belum terisi.

Pihaknya mendukung Pemkab Kabupaten Badung yang merupakan daerah terbanyak jumlah hotelnya di Pulau Dewata yang saat ini telah membuat regulasi agar luas lahan untuk membangun hotel minimal 7500 meter persegi (75 are) khusunya di Kuta Selatan.

Namun, diakuinya tren jumlah hotel akan terus tumbuh di daerah itu, mengingat sejumlah pengusaha sudah mengajukan permohonan pembangunan hotel sejak Tahun 2016 yang saat ini masih dalam proses perizinan.

Sedangkan untuk tren lama menginap (long stay) justeru mengalami penurunan kisaran 3,1 persen dari tahun sebelumnya mencapai 3,9 persen," ujarnya.

Penyebab menurunan tingkat hunian hotel ini disebabkan karena kantong-kantong daya tarik wisatawan seperti Pura Besakih dan Kintamani, Bangli mengalami kualitas hotel yang menurun akibat jumlah hotel yang membludak di Kabupaten Badung.

"Sehingga wisatawan yang ingin lima hari di Bali, berubah pikiran menjadi dua hari tinggal di Pulau Dewata," katanya.

Apabila pembangunan pariwisata ini tidak merata, maka dikhawatirkan wisatawan hanya menjadikan Bali tempat transit menuju destinasi wisata lain yang ada di Tanah Air dan akan terjadi revolusi sosial yang mengancam kesejahteraan rakyatnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Surya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017